Opikini.com – Cara Menghitung Keterlambatan Absensi Karyawan. Cara menghitung keterlambatan absensi karyawan merupakan hal krusial dalam manajemen sumber daya manusia. Ketepatan perhitungan ini memastikan keadilan dan transparansi dalam penerapan kebijakan perusahaan terkait kedisiplinan karyawan. Artikel ini akan membahas berbagai metode perhitungan, pengelolaan data absensi, penggunaan sistem otomatis, peraturan perusahaan, dan analisis data keterlambatan untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang topik ini.
Memahami cara menghitung keterlambatan absensi karyawan dengan tepat akan membantu perusahaan dalam menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan tertib. Dari pemilihan metode perhitungan yang sesuai hingga pemanfaatan teknologi, artikel ini akan menguraikan langkah-langkah praktis dan strategi efektif untuk mengelola absensi karyawan secara efisien dan akurat.
Metode Perhitungan Keterlambatan

Menghitung keterlambatan absensi karyawan secara akurat dan konsisten sangat penting untuk memastikan keadilan dan efektivitas manajemen kinerja. Terdapat beberapa metode perhitungan yang dapat diterapkan, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri. Pemilihan metode yang tepat bergantung pada kebijakan perusahaan, kompleksitas sistem absensi, dan kebutuhan pelaporan.
Metode Perhitungan Keterlambatan Absensi Karyawan
Berikut ini penjelasan mengenai beberapa metode perhitungan keterlambatan, beserta contoh dan perbandingannya:
Metode | Deskripsi | Contoh Perhitungan | Kelebihan dan Kekurangan |
---|---|---|---|
Per Jam | Keterlambatan dihitung berdasarkan jumlah jam keterlambatan. Setiap jam keterlambatan dihitung sebagai satu unit pelanggaran. | Karyawan Budi seharusnya masuk pukul 08.00, namun datang pukul 09.00. Keterlambatannya adalah 1 jam. | Kelebihan: Sederhana dan mudah dipahami. Kekurangan: Tidak sensitif terhadap keterlambatan dalam durasi menit. |
Per Menit | Keterlambatan dihitung berdasarkan jumlah menit keterlambatan. Setiap menit keterlambatan dapat dikonversi ke poin pelanggaran atau dihitung sebagai akumulasi. | Karyawan Ani seharusnya masuk pukul 08.00, namun datang pukul 08.15. Keterlambatannya adalah 15 menit. | Kelebihan: Lebih detail dan akurat daripada metode per jam. Kekurangan: Membutuhkan sistem pencatatan yang lebih teliti dan kompleks. |
Per Setengah Hari | Keterlambatan dihitung berdasarkan proporsi waktu kerja. Keterlambatan di atas setengah dari jam kerja standar dihitung sebagai setengah hari kerja. | Karyawan Dedi seharusnya masuk pukul 08.00 dan bekerja hingga 16.00 (8 jam kerja). Ia datang pukul 12.00. Keterlambatannya lebih dari 4 jam (setengah hari kerja). | Kelebihan: Sederhana dan mudah diterapkan, cocok untuk perusahaan dengan toleransi keterlambatan yang tinggi. Kekurangan: Kurang presisi dalam menghitung kerugian produktivitas akibat keterlambatan. |
Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Pemilihan Metode
Pemilihan metode perhitungan keterlambatan yang tepat bergantung pada beberapa faktor penting. Pertimbangan ini memastikan keadilan, efektivitas, dan kesesuaian dengan kebijakan perusahaan.
- Kebijakan perusahaan terkait toleransi keterlambatan.
- Sistem pencatatan waktu kehadiran yang digunakan.
- Besar kecilnya perusahaan dan jumlah karyawan.
- Tujuan dari perhitungan keterlambatan (misalnya, untuk evaluasi kinerja, pemberian sanksi, atau pelaporan).
- Kompleksitas sistem absensi dan kemampuan teknologi yang mendukung.
Perbandingan Tiga Metode Perhitungan Keterlambatan
Ketiga metode memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Metode per jam paling sederhana namun kurang presisi, metode per menit lebih akurat tetapi lebih kompleks, sementara metode per setengah hari mudah diterapkan namun kurang detail.
Algoritma Sederhana Perhitungan Keterlambatan
Berikut algoritma sederhana untuk menghitung keterlambatan berdasarkan data waktu masuk dan waktu kerja standar:
Algoritma:
1. Tentukan waktu masuk aktual karyawan.
2. Tentukan waktu kerja standar.
3. Hitung selisih antara waktu masuk aktual dan waktu kerja standar.
4. Konversi selisih waktu ke dalam unit yang diinginkan (jam, menit, atau setengah hari).
5. Hasil selisih adalah nilai keterlambatan.
Pengelolaan Data Absensi
Pengelolaan data absensi yang efektif merupakan kunci utama dalam menghitung keterlambatan karyawan secara akurat dan efisien. Sistem pengelolaan yang tepat akan meminimalisir kesalahan perhitungan dan mempermudah proses penggajian serta evaluasi kinerja. Berikut ini akan diuraikan beberapa metode pengelolaan data absensi dan tantangan yang mungkin dihadapi.
Pemilihan metode pengelolaan data absensi bergantung pada skala perusahaan, jumlah karyawan, dan anggaran yang tersedia. Metode yang dipilih harus mampu mencatat waktu kedatangan dan kepulangan karyawan dengan akurat dan mudah diakses untuk keperluan perhitungan keterlambatan.
Penggunaan Spreadsheet untuk Pengelolaan Absensi
Spreadsheet, seperti Microsoft Excel atau Google Sheets, merupakan pilihan yang sederhana dan ekonomis untuk perusahaan dengan jumlah karyawan yang relatif sedikit. Kemampuan spreadsheet dalam melakukan perhitungan otomatis sangat membantu dalam menghitung keterlambatan. Tata letak spreadsheet yang terorganisir dengan baik akan mempermudah proses pengolahan data.
Contoh tata letak spreadsheet yang efektif dapat meliputi kolom untuk nama karyawan, tanggal, jam masuk, jam keluar, total jam kerja, dan kolom khusus untuk mencatat keterlambatan. Rumus sederhana dapat digunakan untuk menghitung selisih antara jam masuk aktual dengan jam masuk standar, sehingga keterlambatan dapat teridentifikasi secara otomatis. Misalnya, jika jam masuk standar adalah pukul 08.00 dan karyawan masuk pukul 08.15, rumus akan otomatis menghitung keterlambatan selama 15 menit.
Penggunaan Software Absensi
Software absensi menawarkan fitur yang lebih canggih dibandingkan spreadsheet, seperti integrasi dengan sistem penggajian, pembuatan laporan otomatis, dan fitur kontrol akses. Software ini cocok untuk perusahaan dengan jumlah karyawan yang lebih banyak dan membutuhkan sistem pengelolaan absensi yang lebih terintegrasi. Banyak software absensi yang tersedia di pasaran, baik yang berbasis cloud maupun yang terinstal di komputer lokal, masing-masing dengan fitur dan harga yang berbeda-beda.
Software absensi umumnya memiliki fitur untuk mencatat waktu kedatangan dan kepulangan karyawan secara otomatis, sehingga mengurangi potensi kesalahan manual. Laporan keterlambatan juga dapat dihasilkan secara otomatis, memudahkan manajemen dalam memantau kinerja karyawan.
Sistem Fingerprint untuk Pengelolaan Absensi
Sistem fingerprint merupakan metode yang akurat dan efisien untuk mencatat absensi karyawan. Sistem ini menggunakan sidik jari karyawan untuk memverifikasi identitas dan mencatat waktu kedatangan dan kepulangan. Sistem fingerprint umumnya terintegrasi dengan software absensi, sehingga data absensi dapat diproses dan dianalisis secara otomatis.
Keunggulan sistem fingerprint adalah minimnya potensi kecurangan karena memerlukan verifikasi biometrik. Sistem ini juga mengurangi waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk mencatat absensi secara manual.
Tantangan dalam Pengelolaan Data Absensi dan Solusinya
Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi dalam pengelolaan data absensi antara lain: data yang tidak lengkap, data yang tidak akurat, dan kesulitan dalam mengakses data. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan pelatihan bagi karyawan terkait prosedur absensi, penerapan sistem verifikasi yang tepat, dan penggunaan software atau sistem yang handal dan mudah diakses.
Sistem yang terintegrasi dan terotomatisasi dapat meminimalisir kesalahan manual dan memastikan data yang akurat dan lengkap. Penting juga untuk melakukan audit berkala terhadap data absensi untuk menjamin keakuratan dan konsistensi data.
Pengolahan Data Absensi dari Berbagai Sumber
Pengolahan data absensi dari berbagai sumber, baik manual maupun online, memerlukan langkah-langkah yang sistematis untuk memastikan akurasi perhitungan keterlambatan. Data manual perlu diinput ke dalam sistem secara teliti, sementara data online perlu diunduh dan divalidasi sebelum diolah lebih lanjut. Proses validasi data meliputi pengecekan kecocokan data, konsistensi data, dan kelengkapan data.
Setelah data divalidasi, data tersebut dapat diolah menggunakan spreadsheet, software absensi, atau sistem lainnya untuk menghitung keterlambatan. Perlu diperhatikan konsistensi satuan waktu (menit, jam) agar perhitungan akurat. Sistem pelaporan yang terintegrasi akan memudahkan proses monitoring dan analisis data keterlambatan.
Pengaruh Data Absensi yang Tidak Terstruktur terhadap Akurasi Perhitungan
Data absensi yang tidak terstruktur, misalnya data yang tersebar di berbagai tempat atau dalam format yang berbeda-beda, akan menyulitkan proses pengolahan data dan dapat menyebabkan kesalahan perhitungan keterlambatan. Contohnya, data absensi yang tercatat di buku catatan manual, spreadsheet yang berbeda-beda, dan sistem online yang tidak terintegrasi akan menyulitkan pengumpulan dan pengolahan data secara menyeluruh dan akurat.
Akibatnya, perhitungan keterlambatan menjadi tidak akurat dan dapat menyebabkan ketidakadilan bagi karyawan. Untuk menghindari hal ini, penting untuk menerapkan sistem pengelolaan data absensi yang terstruktur dan terintegrasi, sehingga data absensi tersimpan secara terpusat dan mudah diakses untuk keperluan perhitungan keterlambatan.
Penggunaan Sistem Otomatis
Penggunaan sistem absensi otomatis menawarkan efisiensi dan akurasi yang signifikan dalam menghitung keterlambatan karyawan. Sistem ini, yang memanfaatkan teknologi seperti sidik jari, pengenalan wajah, atau aplikasi mobile, mampu merekam kehadiran dan kepulangan karyawan secara real-time, meminimalisir potensi human error yang sering terjadi pada sistem manual. Namun, implementasi sistem ini juga memiliki tantangan dan pertimbangan yang perlu diperhatikan.
Keuntungan dan Kerugian Sistem Absensi Otomatis
Sistem absensi otomatis menawarkan sejumlah keuntungan, termasuk peningkatan akurasi data absensi, pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk memproses data, dan minimnya intervensi manual. Kecepatan dan otomatisasi proses ini berdampak positif pada efisiensi operasional perusahaan. Namun, sistem ini juga memiliki beberapa kerugian. Biaya implementasi dan perawatan sistem otomatis bisa cukup tinggi, dan ketergantungan pada teknologi dapat menimbulkan masalah jika terjadi malfungsi sistem atau gangguan koneksi internet.
- Keuntungan: Akurasi tinggi, efisiensi waktu, pengurangan kesalahan manusia, data yang terintegrasi dengan mudah.
- Kerugian: Biaya implementasi tinggi, potensi kerusakan sistem, ketergantungan pada teknologi, kebutuhan perawatan rutin.
Integrasi Sistem Absensi Otomatis dengan Sistem Penggajian
Integrasi sistem absensi otomatis dengan sistem penggajian merupakan langkah krusial untuk memastikan proses penggajian berjalan lancar dan akurat. Integrasi ini memungkinkan data kehadiran dan keterlambatan karyawan tercatat secara otomatis dalam sistem penggajian, sehingga mengurangi risiko kesalahan perhitungan gaji. Proses integrasi ini biasanya melibatkan transfer data secara elektronik antara kedua sistem, yang dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti API atau transfer file.
- Sinkronisasi data absensi dari sistem otomatis ke database penggajian.
- Penggunaan formula perhitungan gaji yang otomatis memperhitungkan keterlambatan.
- Verifikasi data dan rekonsiliasi antara kedua sistem secara berkala.
- Pembuatan laporan penggajian yang akurat dan terintegrasi.
Potensi Kesalahan dan Penanganannya
Meskipun menawarkan akurasi yang tinggi, sistem absensi otomatis tetap rentan terhadap kesalahan. Kesalahan dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti kerusakan perangkat keras, masalah perangkat lunak, atau bahkan kesalahan pengguna. Oleh karena itu, penting untuk memiliki mekanisme pencegahan dan penanggulangan kesalahan yang efektif.
- Kesalahan Perangkat Keras: Kerusakan sensor sidik jari, kamera, atau koneksi jaringan. Penanganan: Perawatan dan kalibrasi rutin, pengadaan perangkat cadangan.
- Kesalahan Perangkat Lunak: Bug pada software, update yang gagal. Penanganan: Pembaruan software secara berkala, backup data rutin, dan dukungan teknis dari vendor.
- Kesalahan Pengguna: Kesalahan input data, penggunaan yang tidak tepat. Penanganan: Pelatihan karyawan yang memadai, pembuatan prosedur operasi standar (SOP) yang jelas.
Fitur Penting Sistem Absensi Otomatis yang Handal, Cara menghitung keterlambatan absensi karyawan
Sebuah sistem absensi otomatis yang handal harus memiliki beberapa fitur penting untuk memastikan akurasi dan efisiensi dalam perhitungan keterlambatan. Fitur-fitur ini akan membantu meminimalisir kesalahan dan memastikan proses berjalan lancar.
- Sistem backup data yang andal.
- Integrasi dengan sistem penggajian.
- Laporan dan analisa data yang komprehensif.
- Notifikasi otomatis mengenai keterlambatan.
- Sistem keamanan yang terintegrasi untuk mencegah akses yang tidak sah.
- Antarmuka pengguna yang mudah dipahami dan digunakan.
Contoh Skenario dan Dampaknya terhadap Efisiensi
Bayangkan sebuah perusahaan dengan 500 karyawan yang sebelumnya menggunakan sistem absensi manual. Proses penghitungan keterlambatan memakan waktu berhari-hari dan rentan terhadap kesalahan. Dengan mengimplementasikan sistem absensi berbasis sidik jari, proses ini dapat diselesaikan dalam hitungan menit. Data keterlambatan terintegrasi langsung dengan sistem penggajian, mengurangi waktu proses penggajian dan meminimalisir kesalahan perhitungan gaji. Efisiensi waktu dan akurasi data yang dihasilkan secara signifikan meningkatkan produktivitas departemen HR dan keuangan.
Peraturan Perusahaan dan Sanksi: Cara Menghitung Keterlambatan Absensi Karyawan
Penerapan sistem perhitungan keterlambatan absensi karyawan harus selaras dengan peraturan perusahaan yang jelas, adil, dan transparan. Kebijakan ini tidak hanya memastikan konsistensi dalam pengelolaan absensi, tetapi juga melindungi hak-hak karyawan dan mencegah potensi konflik. Integrasi yang baik antara kebijakan perusahaan dan sistem perhitungan sangat penting untuk efektivitas dan keadilan.
Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut mengenai integrasi kebijakan perusahaan, contoh kebijakan, pengaruh cuti dan lembur, implikasi hukum, serta mekanisme banding yang perlu diperhatikan dalam konteks perhitungan keterlambatan absensi karyawan.
Kebijakan Perusahaan tentang Keterlambatan Absensi
Kebijakan perusahaan mengenai keterlambatan absensi karyawan harus dirumuskan secara tertulis dan dikomunikasikan dengan jelas kepada seluruh karyawan. Kebijakan ini perlu mencantumkan definisi keterlambatan (misalnya, lebih dari 15 menit setelah jam kerja dimulai), prosedur pelaporan keterlambatan, dan sanksi yang akan dikenakan. Penting untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut mudah dipahami dan diakses oleh semua karyawan.
Contoh kebijakan: Karyawan yang terlambat lebih dari 15 menit tanpa keterangan yang sah akan dikenakan peringatan tertulis. Keterlambatan berulang akan dikenakan sanksi berupa pengurangan gaji atau bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK), sesuai dengan tingkat keseriusan dan frekuensi keterlambatan. Sistem poin dapat diimplementasikan untuk melacak keterlambatan dan sanksi yang dijatuhkan.
Pengaruh Cuti, Izin, dan Lembur terhadap Perhitungan Keterlambatan
Cuti, izin, dan lembur merupakan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perhitungan keterlambatan absensi. Periode cuti dan izin resmi seharusnya tidak dihitung sebagai keterlambatan. Sebaliknya, lembur yang dilakukan oleh karyawan dapat dipertimbangkan sebagai kompensasi atas keterlambatan sebelumnya, namun hal ini perlu diatur secara jelas dalam kebijakan perusahaan. Penting untuk menetapkan pedoman yang jelas agar perhitungan tetap akurat dan adil.
- Cuti sakit dan cuti tahunan dibebaskan dari perhitungan keterlambatan.
- Izin yang disetujui oleh atasan tidak akan dihitung sebagai keterlambatan.
- Lembur tidak secara otomatis menghapuskan keterlambatan, tetapi dapat menjadi pertimbangan dalam penentuan sanksi.
Implikasi Hukum Perhitungan Keterlambatan Absensi Karyawan
Perhitungan keterlambatan absensi karyawan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan perlu memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang diterapkan tidak melanggar hak-hak karyawan yang dijamin oleh hukum. Konsultasi dengan ahli hukum ketenagakerjaan disarankan untuk memastikan kepatuhan hukum.
Peraturan pemerintah terkait upah, jam kerja, dan hak-hak pekerja harus menjadi acuan utama dalam merumuskan kebijakan keterlambatan. Sanksi yang diterapkan juga harus proporsional dan tidak diskriminatif.
Contoh Kebijakan Perusahaan yang Adil dan Transparan, Termasuk Mekanisme Banding
Sebuah kebijakan yang adil dan transparan mencakup prosedur yang jelas untuk pelaporan keterlambatan, penentuan sanksi, dan mekanisme banding. Karyawan harus diberikan kesempatan untuk memberikan klarifikasi atau mengajukan banding jika merasa sanksi yang dijatuhkan tidak adil atau tidak sesuai dengan fakta yang ada. Proses banding harus transparan dan melibatkan pihak-pihak yang berwenang untuk meninjau kembali kasus tersebut.
Contoh: Sistem banding dapat berupa pengajuan tertulis kepada atasan langsung, kemudian dilanjutkan ke departemen HRD, dan jika diperlukan, dapat dilakukan mediasi atau arbitrase. Semua tahapan banding harus terdokumentasi dengan baik.
Analisis Data Keterlambatan
Setelah data absensi karyawan dikumpulkan dan dihitung, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut untuk mengidentifikasi tren, pola, dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keterlambatan. Analisis ini akan memberikan wawasan berharga untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas karyawan.
Proses analisis data keterlambatan melibatkan beberapa tahapan, mulai dari pengelompokan data berdasarkan periode waktu tertentu hingga identifikasi faktor-faktor penyebab keterlambatan dan rekomendasi solusi yang tepat. Visualisasi data melalui grafik dan tabel akan membantu memahami pola keterlambatan dengan lebih mudah dan efektif.
Identifikasi Tren dan Pola Keterlambatan
Analisis data keterlambatan dapat dilakukan dengan mengelompokkan data berdasarkan periode waktu (misalnya, harian, mingguan, bulanan), departemen, atau bahkan individu karyawan. Dengan mengelompokkan data, kita dapat melihat tren dan pola keterlambatan yang terjadi. Misalnya, apakah keterlambatan cenderung terjadi pada hari Senin, atau pada periode tertentu dalam setahun?
Penggunaan perangkat lunak pengolah data seperti spreadsheet atau software analisis data lainnya akan sangat membantu dalam proses ini. Fitur-fitur seperti pembuatan grafik dan tabel akan memudahkan visualisasi data dan identifikasi tren.
Visualisasi Data Keterlambatan
Visualisasi data sangat penting untuk memahami pola keterlambatan dengan lebih mudah. Grafik batang dapat digunakan untuk menunjukkan jumlah keterlambatan pada setiap hari dalam seminggu atau setiap bulan dalam setahun. Grafik garis dapat menunjukkan tren keterlambatan dari waktu ke waktu, misalnya untuk melihat apakah jumlah keterlambatan meningkat atau menurun secara bertahap.
Sebagai contoh, grafik batang dapat menunjukkan bahwa jumlah keterlambatan paling tinggi terjadi pada hari Senin, sedangkan grafik garis dapat menunjukkan tren peningkatan keterlambatan selama tiga bulan terakhir. Visualisasi data yang efektif akan memudahkan identifikasi masalah dan penyusunan strategi perbaikan.
Penggunaan Informasi Analisis untuk Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas
Informasi yang diperoleh dari analisis data keterlambatan dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas karyawan. Misalnya, jika analisis menunjukkan bahwa sebagian besar keterlambatan disebabkan oleh masalah transportasi, perusahaan dapat memberikan solusi seperti subsidi transportasi atau pengaturan jam kerja yang lebih fleksibel.
Jika analisis menunjukkan bahwa keterlambatan sering terjadi pada karyawan tertentu, maka perusahaan dapat melakukan pembinaan atau memberikan pelatihan tambahan untuk meningkatkan kedisiplinan dan manajemen waktu karyawan tersebut. Dengan demikian, analisis data keterlambatan tidak hanya untuk mengidentifikasi masalah, tetapi juga untuk mencari solusi yang tepat dan efektif.
Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan
Berdasarkan data yang telah dianalisis, beberapa faktor yang berkontribusi terhadap keterlambatan absensi karyawan dapat diidentifikasi. Faktor-faktor ini dapat berupa faktor internal karyawan, seperti masalah kesehatan, masalah keluarga, atau kurangnya manajemen waktu, dan faktor eksternal, seperti kemacetan lalu lintas, kerusakan kendaraan, atau keterlambatan transportasi umum.
- Faktor Internal: Kurangnya manajemen waktu, masalah kesehatan, masalah keluarga.
- Faktor Eksternal: Kemacetan lalu lintas, kerusakan kendaraan, keterlambatan transportasi umum, bencana alam.
Rekomendasi Tindakan Perbaikan
Setelah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab keterlambatan, langkah selanjutnya adalah merumuskan rekomendasi tindakan perbaikan. Rekomendasi ini dapat berupa program pelatihan manajemen waktu, penyediaan fasilitas transportasi, atau penyesuaian jam kerja yang lebih fleksibel. Selain itu, perusahaan juga dapat mempertimbangkan untuk menerapkan sistem absensi yang lebih efektif dan efisien.
Sebagai contoh, jika kemacetan lalu lintas menjadi faktor utama keterlambatan, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menerapkan sistem kerja dari rumah (work from home) bagi karyawan yang tinggal di daerah rawan macet atau memberikan fleksibilitas waktu kerja. Sedangkan jika masalahnya adalah kurangnya manajemen waktu, pelatihan manajemen waktu dapat menjadi solusi yang tepat.
Kesimpulan
Kesimpulannya, menghitung keterlambatan absensi karyawan membutuhkan pendekatan yang sistematis dan terintegrasi. Pemilihan metode perhitungan, pengelolaan data yang efektif, dan pemanfaatan teknologi yang tepat akan meningkatkan akurasi dan efisiensi proses. Dengan memahami kebijakan perusahaan, implikasi hukum, dan melakukan analisis data keterlambatan, perusahaan dapat menciptakan sistem yang adil, transparan, dan mendorong peningkatan produktivitas karyawan.