Cara Menghitung PPh 25 Badan Bulanan

Cara Menghitung PPh 25 Badan Bulanan

Opikini.comCara Menghitung PPh 25 Badan Bulanan. Cara menghitung PPh 25 badan bulanan merupakan hal krusial bagi setiap perusahaan di Indonesia. Memahami perhitungan ini dengan tepat sangat penting untuk memastikan kepatuhan perpajakan dan menghindari sanksi. Artikel ini akan membahas secara rinci langkah-langkah perhitungan PPh Pasal 25 Badan, mulai dari dasar perhitungan, prosedur, hingga penggunaan Angka Kredit Pajak (AKP) dan berbagai skenario yang mungkin dihadapi perusahaan.

Penjelasan komprehensif ini mencakup perbandingan antara PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 29, faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pajak terutang, serta ilustrasi perhitungan untuk berbagai kondisi perusahaan, baik yang mengalami laba maupun rugi. Dengan pemahaman yang mendalam, perusahaan dapat melakukan perencanaan pajak yang efektif dan efisien.

Daftar Isi

Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 Badan Bulanan

Cara Menghitung PPh 25 Badan Bulanan
Cara Menghitung PPh 25 Badan Bulanan

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) Badan merupakan kewajiban bagi setiap badan usaha di Indonesia untuk menyetor pajak penghasilan secara berkala, yaitu setiap bulan. Sistem ini bertujuan untuk memperlancar penerimaan negara dan memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Memahami dasar perhitungan PPh Pasal 25 Badan sangat penting untuk memastikan kepatuhan dan menghindari sanksi administrasi.

Pengertian PPh Pasal 25 Badan

PPh Pasal 25 Badan adalah pajak penghasilan yang dibayar secara angsuran bulanan oleh badan usaha atas penghasilan neto yang diperkirakan diterima sepanjang tahun pajak. Pembayaran ini bersifat prediksi, berdasarkan perkiraan penghasilan selama setahun, bukan penghasilan aktual yang baru diketahui pada akhir tahun buku.

Objek Pajak PPh Pasal 25 Badan

Objek pajak PPh Pasal 25 Badan meliputi penghasilan neto yang diperoleh badan usaha dari berbagai sumber, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan. Ini mencakup penghasilan dari usaha, investasi, dan kegiatan ekonomi lainnya yang dilakukan oleh badan usaha tersebut. Penghasilan neto dihitung setelah dikurangi biaya-biaya yang diizinkan secara fiskal.

Perbandingan PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 29 Badan

Berikut perbandingan PPh Pasal 25 dan PPh Pasal 29 Badan. PPh Pasal 29 merupakan pajak yang dibayar setelah penghasilan tahunan diketahui, sedangkan PPh Pasal 25 merupakan pembayaran angsuran pajak penghasilan sebelum penghasilan tahunan diketahui.

Jenis PajakObjek PajakDasar Pengenaan PajakCara Perhitungan
PPh Pasal 25 BadanPenghasilan neto yang diperkirakan sepanjang tahun pajakPenghasilan neto yang diperkirakan sepanjang tahun pajak(Penghasilan Neto Diperkirakan/12 bulan) x Tarif PPh Badan
PPh Pasal 29 BadanPenghasilan neto tahunan sesungguhnyaPenghasilan neto tahunan sesungguhnyaPenghasilan Neto Sesungguhnya x Tarif PPh Badan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya PPh Pasal 25 Badan yang Terutang

Beberapa faktor mempengaruhi besarnya PPh Pasal 25 yang terutang, antara lain:

  • Besar penghasilan neto yang diperkirakan sepanjang tahun pajak.
  • Tarif Pajak Penghasilan Badan yang berlaku.
  • Penggunaan fasilitas perpajakan, seperti pembebasan pajak atau pengurangan pajak.
  • Ketepatan dalam menghitung dan melaporkan penghasilan dan biaya.

Perbedaan Perhitungan PPh Pasal 25 Badan untuk Perusahaan yang Memiliki Laba dan Rugi

Perhitungan PPh Pasal 25 Badan berbeda antara perusahaan yang memiliki laba dan rugi. Perusahaan yang diperkirakan mendapatkan laba akan menghitung PPh Pasal 25 berdasarkan perkiraan laba tahunan. Sementara itu, perusahaan yang diperkirakan rugi tidak diwajibkan membayar PPh Pasal 25. Namun, perusahaan yang mengalami kerugian harus tetap melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Badan untuk mencatat kerugian tersebut yang dapat dikompensasikan pada tahun pajak berikutnya.

Sebagai contoh, jika perusahaan A memprediksi laba Rp 1.000.000.000 dan tarif PPh Badan 25%, maka PPh Pasal 25 bulanannya adalah (Rp 1.000.000.000 / 12 bulan) x 25% = Rp 20.833.333.

Sebaliknya, perusahaan B yang memprediksi kerugian tidak perlu membayar PPh Pasal 25 bulanan, namun tetap wajib melaporkan SPT Tahunan.

Prosedur Perhitungan PPh Pasal 25 Badan Bulanan

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) Badan dilakukan secara bulanan oleh wajib pajak badan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Perhitungan ini didasarkan pada perkiraan penghasilan kena pajak (PKP) selama satu tahun pajak. Memahami prosedur perhitungan ini penting untuk memastikan kepatuhan perpajakan dan menghindari sanksi.

Langkah-langkah Perhitungan PPh Pasal 25 Badan Bulanan

Perhitungan PPh Pasal 25 Badan melibatkan beberapa langkah penting. Berikut uraian langkah-langkahnya secara detail:

  1. Menghitung PKP Tahunan: Tentukan perkiraan penghasilan kena pajak (PKP) untuk satu tahun pajak. Ini melibatkan pengurangan seluruh pengeluaran yang diizinkan secara fiskal dari total pendapatan bruto.
  2. Menentukan Tarif Pajak: Tarif pajak PPh Badan diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Saat ini, tarif pajak badan umumnya 25%, namun perlu dikonfirmasi kembali pada peraturan perpajakan terkini.
  3. Menghitung PPh Terutang Tahunan: Kalikan PKP tahunan dengan tarif pajak yang berlaku. Hasilnya adalah jumlah PPh terutang untuk satu tahun pajak.
  4. Menghitung PPh Pasal 25 Bulanan: Bagi jumlah PPh terutang tahunan dengan 12 (jumlah bulan dalam satu tahun). Hasilnya adalah jumlah PPh Pasal 25 yang harus dibayar setiap bulan.

Contoh Kasus Perhitungan PPh Pasal 25 Badan

Misalnya, sebuah perusahaan memiliki laba bersih Rp 100.000.000,- dengan tarif pajak 25%. Berikut perhitungannya:

  1. PKP Tahunan: Diasumsikan laba bersih sama dengan PKP tahunan, yaitu Rp 100.000.000,-
  2. Tarif Pajak: 25%
  3. PPh Terutang Tahunan: Rp 100.000.000,- x 25% = Rp 25.000.000,-
  4. PPh Pasal 25 Bulanan: Rp 25.000.000,- / 12 bulan = Rp 2.083.333,33 per bulan (dibulatkan).

Jadi, perusahaan tersebut wajib membayar PPh Pasal 25 sebesar Rp 2.083.333,33 setiap bulannya.

Alur Diagram Perhitungan PPh Pasal 25 Badan

Alur perhitungan dapat digambarkan sebagai berikut: [Diagram alur dimulai dari menghitung PKP Tahunan, kemudian ke menentukan tarif pajak, lalu menghitung PPh terutang Tahunan, dan terakhir menghitung PPh Pasal 25 Bulanan. Setiap langkah dihubungkan dengan panah yang menunjukkan alur proses].

Contoh Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 25 Badan

Pengisian SPT Masa PPh Pasal 25 Badan memerlukan ketelitian. [Deskripsi detail mengenai bagian-bagian penting dalam SPT Masa PPh Pasal 25 Badan, seperti bagian identitas wajib pajak, periode pelaporan, jumlah PPh Pasal 25 terutang, dan lain-lain. Contoh pengisian angka-angka dapat diilustrasikan dengan data fiktif yang relevan].

Sanksi Keterlambatan Pembayaran PPh Pasal 25 Badan

Keterlambatan pembayaran PPh Pasal 25 Badan akan dikenakan sanksi berupa denda. Besarnya denda bervariasi tergantung pada lamanya keterlambatan dan jumlah pajak yang terutang. [Sebaiknya merujuk pada peraturan perpajakan terbaru untuk informasi detail mengenai besaran denda]. Oleh karena itu, penting untuk selalu membayar pajak tepat waktu.

Penggunaan Angka Kredit Pajak (AKP) dalam Perhitungan

Angka Kredit Pajak (AKP) merupakan besaran yang digunakan dalam perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 Badan untuk memberikan fleksibilitas kepada wajib pajak dalam menentukan besarnya pajak yang dibayar setiap bulannya. Penggunaan AKP memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan pembayaran PPh Pasal 25 dengan perkiraan penghasilan kena pajak (PKP) yang sebenarnya, sehingga dapat meminimalisir potensi kelebihan bayar atau kekurangan bayar pajak di akhir tahun pajak.

Pengertian Angka Kredit Pajak (AKP)

Angka Kredit Pajak (AKP) adalah besaran persentase yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang digunakan sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 25 Badan. Besaran AKP ini dapat bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis usaha, skala usaha, dan riwayat kepatuhan pajak perusahaan. AKP berfungsi sebagai pengali dari penghasilan kena pajak (PKP) per bulan untuk menentukan besarnya PPh Pasal 25 yang harus dibayar. Dengan kata lain, AKP memberikan suatu proporsi dari PKP yang harus disetor sebagai pajak bulanan.

Contoh Perhitungan PPh Pasal 25 Badan dengan Mempertimbangkan AKP

Misalkan sebuah perusahaan memiliki penghasilan kena pajak (PKP) sebesar Rp100.000.000 per bulan dan memiliki AKP sebesar 25%. Maka, perhitungan PPh Pasal 25 Badan adalah sebagai berikut:

PPh Pasal 25 = PKP x AKP = Rp100.000.000 x 25% = Rp25.000.000

Dalam contoh ini, perusahaan wajib membayar PPh Pasal 25 sebesar Rp25.000.000 per bulan.

Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 25 Badan dengan dan Tanpa Memperhitungkan AKP

Perhitungan PPh Pasal 25 Badan tanpa memperhitungkan AKP akan menggunakan tarif pajak yang berlaku secara umum. Misalnya, jika tarif pajak badan adalah 22%, dan PKP sebesar Rp100.000.000, maka PPh Pasal 25 yang terutang adalah Rp22.000.000. Perbedaannya terletak pada fleksibilitas yang diberikan oleh AKP. Dengan AKP, perusahaan dapat menyesuaikan pembayaran pajak bulanan sesuai perkiraan PKP, sementara tanpa AKP, perhitungan lebih kaku dan berpotensi menimbulkan kelebihan atau kekurangan bayar.

Metode PerhitunganPKP (Rp)Tarif/AKP (%)PPh Pasal 25 (Rp)
Dengan AKP (25%)100.000.0002525.000.000
Tanpa AKP (Tarif 22%)100.000.0002222.000.000

Skenario Perhitungan PPh Pasal 25 Badan dengan Berbagai Besaran AKP

Berikut beberapa skenario dengan berbagai besaran AKP dan dampaknya terhadap PPh Pasal 25 yang terutang, dengan asumsi PKP tetap Rp100.000.000:

  • AKP 15%: PPh Pasal 25 = Rp15.000.000
  • AKP 20%: PPh Pasal 25 = Rp20.000.000
  • AKP 25%: PPh Pasal 25 = Rp25.000.000
  • AKP 30%: PPh Pasal 25 = Rp30.000.000

Perbedaan besaran AKP akan berdampak signifikan pada jumlah PPh Pasal 25 yang harus dibayar setiap bulannya. Perusahaan perlu mempertimbangkan besaran AKP yang sesuai dengan perkiraan PKP agar dapat mengoptimalkan perencanaan pajak.

Implikasi Penggunaan AKP terhadap Perencanaan Pajak Perusahaan

Penggunaan AKP memungkinkan perusahaan untuk melakukan perencanaan pajak yang lebih efektif. Dengan memperkirakan PKP secara akurat dan memilih AKP yang tepat, perusahaan dapat meminimalisir potensi kelebihan bayar pajak. Namun, perusahaan juga perlu memperhatikan risiko kekurangan bayar jika perkiraan PKP kurang akurat. Oleh karena itu, perencanaan yang matang dan pemantauan berkala terhadap kinerja keuangan perusahaan sangat penting untuk menentukan AKP yang tepat dan menghindari potensi sanksi administrasi dari DJP.

Perbedaan Perhitungan Berdasarkan Metode Penghitungan

Perhitungan PPh Pasal 25 Badan bulanan dapat dilakukan melalui beberapa metode, dan pemilihan metode yang tepat akan berdampak pada besarnya pajak yang terutang. Memahami perbedaan metode ini penting untuk optimalisasi perencanaan pajak perusahaan. Berikut ini penjelasan mengenai berbagai metode perhitungan, perbandingannya, panduan pemilihan, dan contoh kasus perhitungan untuk setiap metode.

Metode Penghitungan PPh Pasal 25 Badan

Secara umum, terdapat dua metode utama penghitungan PPh Pasal 25 Badan, yaitu metode berdasarkan penghasilan neto dan metode berdasarkan penghasilan bruto. Perbedaan mendasar terletak pada dasar perhitungan pajak yang digunakan. Metode penghasilan neto memperhitungkan pengurangan biaya-biaya tertentu sebelum menghitung pajak, sedangkan metode penghasilan bruto menggunakan penghasilan bruto sebagai dasar perhitungan.

Perbandingan Metode Penghitungan PPh Pasal 25 Badan

MetodeDasar PerhitunganKeuntunganKerugian
Metode Penghasilan NetoPenghasilan Neto (Penghasilan Bruto dikurangi Beban yang Diperbolehkan)Pajak yang terutang umumnya lebih rendah karena memperhitungkan pengurangan biaya.Membutuhkan perhitungan yang lebih kompleks dan detail mengenai biaya-biaya yang diperbolehkan.
Metode Penghasilan BrutoPenghasilan BrutoPerhitungan lebih sederhana dan mudah dilakukan.Pajak yang terutang umumnya lebih tinggi karena tidak memperhitungkan pengurangan biaya.

Panduan Memilih Metode Penghitungan yang Tepat

Pemilihan metode penghitungan yang tepat bergantung pada beberapa faktor, antara lain kompleksitas bisnis, jumlah transaksi, dan kemampuan administrasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki sistem pencatatan yang tertib dan lengkap, serta memiliki banyak pengurangan biaya yang diperbolehkan, maka metode penghasilan neto akan lebih menguntungkan. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki sistem pencatatan yang sederhana dan sedikit pengurangan biaya, metode penghasilan bruto mungkin lebih praktis.

Contoh Kasus Perhitungan PPh Pasal 25 Badan

Berikut ini contoh kasus perhitungan PPh Pasal 25 Badan untuk masing-masing metode, dengan asumsi tarif pajak 25%.

Contoh Kasus Metode Penghasilan Neto, Cara menghitung pph 25 badan bulanan

PT. Maju Jaya memiliki penghasilan bruto sebesar Rp 1.000.000.000 dan biaya yang diperbolehkan sebesar Rp 400.000.000. Penghasilan neto adalah Rp 600.000.000 (Rp 1.000.000.000 – Rp 400.000.000). PPh Pasal 25 yang terutang adalah Rp 150.000.000 (Rp 600.000.000 x 25%).

Contoh Kasus Metode Penghasilan Bruto

PT. Sejahtera Abadi memiliki penghasilan bruto sebesar Rp 1.000.000.000. Dengan menggunakan metode penghasilan bruto, PPh Pasal 25 yang terutang adalah Rp 250.000.000 (Rp 1.000.000.000 x 25%).

Perbedaan Hasil Perhitungan Setiap Metode

Pada contoh kasus di atas, terlihat perbedaan yang signifikan antara hasil perhitungan PPh Pasal 25 Badan menggunakan metode penghasilan neto dan metode penghasilan bruto. Metode penghasilan neto menghasilkan pajak terutang yang lebih rendah (Rp 150.000.000) dibandingkan dengan metode penghasilan bruto (Rp 250.000.000). Perbedaan ini sebesar Rp 100.000.000, yang menunjukkan pentingnya pemilihan metode yang tepat berdasarkan kondisi perusahaan.

Ilustrasi Perhitungan PPh Pasal 25 Badan dengan Berbagai Kondisi

Berikut ini beberapa ilustrasi perhitungan PPh Pasal 25 Badan dalam berbagai kondisi untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif. Ilustrasi ini menggunakan asumsi dan angka tertentu untuk mempermudah penjelasan. Dalam praktiknya, perhitungan dapat lebih kompleks dan memerlukan konsultasi dengan konsultan pajak.

Perusahaan dengan Laba yang Terus Meningkat

PT Maju Jaya mengalami peningkatan laba secara konsisten selama tiga bulan terakhir. Berikut ilustrasi perhitungan PPh Pasal 25-nya:

BulanLaba Kena Pajak (Sebelum PPh 25)PPh 25 (25%)Total PPh 25 Terutang (akumulasi)
JanuariRp 100.000.000Rp 25.000.000Rp 25.000.000
FebruariRp 120.000.000Rp 30.000.000Rp 55.000.000
MaretRp 150.000.000Rp 37.500.000Rp 92.500.000

Pada ilustrasi ini, PPh Pasal 25 dihitung 25% dari laba kena pajak setiap bulan. Total PPh Pasal 25 terutang akan terus meningkat seiring dengan peningkatan laba perusahaan.

Perusahaan yang Mengalami Kerugian

PT Sejahtera Abadi mengalami kerugian pada bulan April. Dalam kondisi ini, perhitungan PPh Pasal 25 akan berbeda.

Misalnya, laba kena pajak sebelum PPh 25 bulan April adalah -Rp 50.000.000 (rugi). Dalam hal ini, PT Sejahtera Abadi tidak perlu membayar PPh Pasal 25 untuk bulan April. Namun, kerugian ini dapat dikompensasikan dengan laba pada periode pajak berikutnya sesuai ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku.

Pengurangan Pajak karena Investasi

PT Berkembang Pesat melakukan investasi yang memenuhi syarat untuk pengurangan pajak. Misalnya, investasi sebesar Rp 50.000.000 berhak atas pengurangan pajak sebesar 30%.

Jika laba kena pajak sebelum PPh 25 dan pengurangan pajak adalah Rp 200.000.000, maka pengurangan pajak sebesar Rp 15.000.000 (30% x Rp 50.000.000). Laba kena pajak setelah pengurangan menjadi Rp 185.000.000. PPh Pasal 25 yang terutang adalah Rp 46.250.000 (25% x Rp 185.000.000).

Perubahan Tarif Pajak

Pemerintah dapat mengubah tarif pajak PPh Badan. Misalnya, jika tarif pajak berubah dari 25% menjadi 22%, maka perhitungan PPh Pasal 25 akan menyesuaikan dengan tarif baru. Ilustrasi ini akan berbeda tergantung pada perubahan tarif dan periode berlakunya.

Sebagai contoh, jika laba kena pajak adalah Rp 100.000.000 dan tarif pajak berubah menjadi 22%, maka PPh Pasal 25 yang terutang adalah Rp 22.000.000.

Perusahaan yang Melakukan Penyesuaian Fiskal

PT Mandiri Sejati melakukan penyesuaian fiskal yang mempengaruhi laba kena pajak. Penyesuaian ini dapat berupa penambahan atau pengurangan biaya. Perhitungan PPh Pasal 25 akan didasarkan pada laba kena pajak setelah penyesuaian fiskal tersebut.

Misalnya, setelah penyesuaian fiskal, laba kena pajak menjadi Rp 130.000.000. Dengan tarif pajak 25%, PPh Pasal 25 yang terutang adalah Rp 32.500.000.

Pemungkas: Cara Menghitung Pph 25 Badan Bulanan

Memahami cara menghitung PPh 25 badan bulanan merupakan kunci keberhasilan dalam pengelolaan perpajakan perusahaan. Dengan menguasai langkah-langkah perhitungan, memahami implikasi penggunaan AKP, dan memilih metode perhitungan yang tepat, perusahaan dapat memastikan kepatuhan perpajakan dan meminimalisir risiko sanksi. Semoga penjelasan di atas dapat memberikan panduan yang komprehensif dan bermanfaat bagi perusahaan dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.