Opikini.com – Cara Menghitung Saham yang Beredar Panduan Lengkap. Cara menghitung saham yang beredar merupakan pengetahuan penting bagi investor dan pelaku pasar modal. Memahami konsep ini membantu dalam menganalisis kinerja perusahaan dan membuat keputusan investasi yang lebih terinformasi. Artikel ini akan membahas secara detail bagaimana menghitung saham yang beredar, mulai dari definisi hingga interpretasi data, termasuk pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti saham treasury dan aksi korporasi.
Kita akan menjelajahi berbagai sumber informasi untuk mendapatkan data akurat, membandingkannya dengan metrik keuangan lain seperti EPS dan P/E Ratio, serta memberikan contoh perhitungan untuk perusahaan publik dan swasta. Dengan pemahaman yang komprehensif, Anda dapat mengoptimalkan strategi investasi dan memahami gambaran yang lebih jelas tentang kesehatan finansial sebuah perusahaan.
Pengertian Saham yang Beredar

Saham yang beredar merupakan representasi dari jumlah saham suatu perusahaan yang benar-benar dimiliki oleh investor publik dan pemegang saham lainnya di pasar. Angka ini sangat penting karena mencerminkan likuiditas saham perusahaan dan memberikan gambaran tentang seberapa banyak kepemilikan yang tersebar di kalangan investor.
Dengan mengetahui jumlah saham yang beredar, investor dapat menganalisis berbagai metrik keuangan perusahaan, seperti perolehan per saham (EPS) dan rasio harga terhadap pendapatan (P/E). Angka ini juga krusial dalam menentukan valuasi pasar perusahaan secara keseluruhan.
Contoh Kasus Perusahaan dengan Jumlah Saham yang Beredar
Misalnya, PT Maju Jaya memiliki total 100 juta saham yang telah diterbitkan. Namun, perusahaan masih memiliki 10 juta saham yang disimpan sebagai saham treasury. Oleh karena itu, jumlah saham yang beredar adalah 90 juta saham (100 juta – 10 juta).
Angka 90 juta saham inilah yang menjadi acuan dalam berbagai perhitungan dan analisis keuangan PT Maju Jaya. Investor akan menggunakan angka ini untuk menilai kinerja dan potensi investasi di perusahaan tersebut.
Perbandingan Saham Beredar, Saham Ditempatkan, dan Modal Disetor
Seringkali, istilah saham yang beredar, saham ditempatkan, dan modal disetor digunakan secara bergantian, padahal terdapat perbedaan yang signifikan. Memahami perbedaan ini penting bagi investor untuk memiliki gambaran yang komprehensif tentang struktur modal suatu perusahaan.
Istilah | Penjelasan | Contoh pada PT Maju Jaya | Implikasi |
---|---|---|---|
Saham Beredar | Jumlah saham yang dimiliki oleh publik dan pemegang saham lainnya, tidak termasuk saham treasury. | 90 juta saham | Digunakan untuk menghitung EPS dan P/E ratio. |
Saham Ditempatkan | Jumlah total saham yang telah diterbitkan oleh perusahaan, termasuk saham treasury. | 100 juta saham | Menunjukkan total saham yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. |
Modal Disetor | Nilai nominal dari saham yang telah ditempatkan dikalikan dengan harga nominal per saham. | Misal, harga nominal Rp 1000/saham, maka modal disetor adalah Rp 100 miliar (100 juta saham x Rp 1000). | Menunjukkan jumlah dana yang terkumpul dari penerbitan saham. |
Contoh Kasus Perbedaan Ketiga Istilah
Bayangkan PT Sejahtera Abadi menerbitkan 50 juta saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham. Perusahaan kemudian membeli kembali 5 juta saham sebagai saham treasury. Dalam kasus ini:
- Saham Ditempatkan: 50 juta saham
- Saham Beredar: 45 juta saham (50 juta – 5 juta)
- Modal Disetor: Rp 25 miliar (50 juta saham x Rp 500)
Perbedaan antara ketiga istilah ini menunjukkan bagaimana perusahaan mengelola modalnya dan bagaimana hal tersebut tercermin dalam struktur kepemilikan sahamnya. Memahami perbedaan ini penting untuk interpretasi yang akurat terhadap laporan keuangan perusahaan.
Cara Menghitung Saham yang Beredar
Memahami cara menghitung saham yang beredar sangat penting, baik bagi investor, analis keuangan, maupun manajemen perusahaan. Jumlah saham yang beredar mencerminkan kepemilikan publik atas perusahaan dan berpengaruh pada berbagai metrik keuangan, seperti perhitungan rasio harga terhadap pendapatan (Price-to-Earnings ratio) dan nilai pasar perusahaan. Perhitungan ini juga krusial dalam memahami struktur kepemilikan dan aktivitas korporasi.
Langkah-langkah Menghitung Saham yang Beredar
Menghitung saham yang beredar melibatkan beberapa langkah sistematis. Prosesnya relatif sederhana, namun memerlukan data yang akurat dan pemahaman yang baik tentang struktur modal perusahaan.
- Identifikasi Jumlah Saham yang Diizinkan: Tentukan jumlah total saham yang diizinkan diterbitkan oleh perusahaan sesuai dengan anggaran dasar perusahaan. Informasi ini biasanya tersedia dalam laporan keuangan perusahaan.
- Tentukan Saham yang Telah Diterbitkan: Cari tahu jumlah saham yang telah dikeluarkan dan dimiliki oleh pemegang saham. Ini termasuk saham biasa dan saham preferen yang telah diterbitkan.
- Kurangi Saham Treasury: Saham treasury adalah saham yang telah diterbitkan tetapi dibeli kembali oleh perusahaan. Jumlah saham treasury harus dikurangi dari jumlah saham yang telah diterbitkan.
- Pertimbangkan Aksi Korporasi: Aksi korporasi seperti right issue (penawaran saham baru kepada pemegang saham) atau stock split (pemecahan saham) akan mempengaruhi jumlah saham yang beredar. Sesuaikan perhitungan dengan mempertimbangkan dampak dari aksi korporasi tersebut.
- Hitung Saham yang Beredar: Jumlah saham yang beredar dihitung dengan rumus: Saham yang Beredar = Saham yang Diterbitkan – Saham Treasury + Efek dari Aksi Korporasi.
Contoh Perhitungan Saham yang Beredar pada Perusahaan Publik dan Swasta
Perhitungan saham yang beredar pada perusahaan publik dan swasta pada dasarnya sama, perbedaannya terletak pada aksesibilitas informasi. Perusahaan publik wajib mempublikasikan informasi keuangannya, sementara perusahaan swasta tidak selalu demikian.
Contoh Perusahaan Publik: Misal, PT Maju Jaya memiliki saham yang diizinkan sebanyak 1.000.000 saham. Mereka telah menerbitkan 800.000 saham. Perusahaan membeli kembali 50.000 saham sebagai saham treasury. Maka, saham yang beredar adalah 800.000 – 50.000 = 750.000 saham.
Contoh Perusahaan Swasta: PT Sejahtera Abadi memiliki 100.000 saham yang diizinkan dan telah menerbitkan semuanya. Mereka tidak memiliki saham treasury. Maka, saham yang beredar adalah 100.000 saham.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Saham yang Beredar
Beberapa faktor dapat mempengaruhi jumlah saham yang beredar, antara lain:
- Aksi Korporasi: Right issue, stock split, merger, akuisisi, dan buyback saham.
- Pertumbuhan Perusahaan: Perusahaan yang berkembang pesat mungkin menerbitkan saham baru untuk membiayai ekspansi.
- Kebijakan Manajemen: Manajemen perusahaan dapat memutuskan untuk membeli kembali saham (buyback) untuk mengurangi jumlah saham yang beredar.
Contoh Perhitungan Saham yang Beredar dengan Saham Treasury
PT Sejahtera Makmur memiliki 1 juta saham yang diizinkan dan telah menerbitkan 800.000 saham. Mereka memiliki 100.000 saham treasury. Maka saham yang beredar adalah 800.000 – 100.000 = 700.000 saham.
Perhitungan Saham yang Beredar Setelah Aksi Korporasi, Cara menghitung saham yang beredar
Contoh Right Issue: PT Jaya Raya memiliki 500.000 saham yang beredar. Mereka melakukan right issue dengan menerbitkan 100.000 saham baru. Saham yang beredar setelah right issue adalah 500.000 + 100.000 = 600.000 saham.
Contoh Stock Split: PT Sukses Mandiri memiliki 200.000 saham yang beredar. Mereka melakukan stock split 2:1. Jumlah saham yang beredar setelah stock split menjadi 200.000 x 2 = 400.000 saham.
Sumber Informasi untuk Mencari Data Saham yang Beredar
Mengetahui jumlah saham yang beredar sangat krusial bagi investor dan analis pasar modal. Informasi ini memberikan gambaran tentang struktur kepemilikan perusahaan dan dapat digunakan untuk berbagai analisis, seperti perhitungan rasio keuangan dan valuasi perusahaan. Untuk memperoleh data yang akurat dan terpercaya, kita perlu mengakses sumber informasi yang tepat. Berikut ini beberapa sumber yang dapat diandalkan.
Sumber Informasi Terpercaya dan Cara Mengaksesnya
Ada beberapa sumber informasi yang dapat digunakan untuk mencari data jumlah saham yang beredar, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Penting untuk memahami karakteristik setiap sumber agar kita dapat memilih data yang paling sesuai dengan kebutuhan.
- Laporan Keuangan Perusahaan (Website Perusahaan): Kebanyakan perusahaan publik menerbitkan laporan keuangan tahunan (laporan tahunan) dan laporan keuangan kuartalan. Jumlah saham yang beredar biasanya tercantum dalam laporan ini, khususnya di bagian neraca (balance sheet) atau catatan atas laporan keuangan. Akses informasi ini dapat dilakukan dengan mengunjungi website resmi perusahaan yang bersangkutan dan mencari bagian investor relations atau sekuritas.
- Website Bursa Efek Indonesia (BEI): BEI sebagai regulator pasar modal di Indonesia menyediakan data perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa. Data jumlah saham yang beredar biasanya tersedia di profil perusahaan masing-masing. Akses informasi ini dapat dilakukan melalui website resmi BEI dengan mencari kode saham perusahaan yang diinginkan.
- Agen Pialang Saham: Agen pialang saham (broker) juga memiliki akses ke data real-time tentang saham yang diperdagangkan, termasuk jumlah saham yang beredar. Namun, akses ini biasanya terbatas pada klien mereka.
- Penyedia Data Keuangan (Bloomberg, Refinitiv, etc.): Perusahaan penyedia data keuangan seperti Bloomberg dan Refinitiv menyediakan data pasar modal yang komprehensif, termasuk jumlah saham yang beredar. Namun, akses ke data ini biasanya berbayar dan memerlukan langganan.
Perbandingan Keandalan dan Akurasi Data
Keandalan dan akurasi data dari berbagai sumber tersebut bervariasi. Data dari laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh akuntan publik umumnya dianggap paling andal. Data dari BEI juga relatif akurat karena diawasi oleh otoritas pasar modal. Data dari agen pialang saham umumnya real-time, namun perlu dipertimbangkan potensi keterlambatan atau ketidakakuratan data. Data dari penyedia data keuangan umumnya akurat dan komprehensif, namun memerlukan biaya langganan.
Daftar Sumber Informasi dan Format Data
Berikut daftar sumber informasi beserta format data yang umumnya tersedia:
Sumber Informasi | Format Data |
---|---|
Laporan Keuangan Perusahaan | Biasanya tercantum dalam neraca (balance sheet) sebagai jumlah saham biasa yang beredar. Bisa juga dijelaskan lebih detail di catatan atas laporan keuangan. |
Website Bursa Efek Indonesia (BEI) | Jumlah saham yang beredar biasanya ditampilkan dalam profil perusahaan, seringkali dalam bentuk angka. |
Agen Pialang Saham | Biasanya ditampilkan secara real-time dalam platform perdagangan saham, dalam bentuk angka. |
Penyedia Data Keuangan (Bloomberg, Refinitiv) | Data tersedia dalam berbagai format, termasuk angka, grafik, dan tabel. Biasanya tersedia data historis. |
Contoh Interpretasi Data Jumlah Saham yang Beredar dari Laporan Keuangan
Misalnya, dalam laporan keuangan PT Maju Jaya, pada bagian neraca tercantum “Saham Biasa yang Beredar: 1.000.000.000 lembar”. Ini berarti perusahaan PT Maju Jaya memiliki 1 miliar lembar saham yang beredar di pasar. Informasi ini dapat digunakan untuk menghitung rasio-rasio keuangan seperti EPS (Earning Per Share) dan Market Capitalization. Jika harga saham PT Maju Jaya adalah Rp 1.000, maka market capitalization-nya adalah Rp 1.000.000.000.000 (1 miliar lembar x Rp 1.000/lembar).
Interpretasi Data Saham yang Beredar
Memahami jumlah saham yang beredar merupakan kunci penting dalam menganalisis kesehatan dan kinerja suatu perusahaan. Data ini memberikan gambaran tentang struktur kepemilikan, likuiditas saham, dan potensi pengaruhnya terhadap harga saham. Dengan menginterpretasi data ini secara tepat, investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih terinformasi.
Penggunaan Data Saham yang Beredar dalam Analisis Kinerja Perusahaan
Jumlah saham yang beredar secara langsung berdampak pada beberapa metrik kunci kinerja perusahaan. Misalnya, rasio earnings per share (EPS) dihitung dengan membagi laba bersih perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Semakin rendah jumlah saham yang beredar, semakin tinggi EPS, sehingga memberikan kesan kinerja yang lebih baik, meskipun laba bersihnya sama. Selain itu, data ini juga berguna untuk menghitung metrik lainnya seperti price-to-earnings ratio (P/E) dan market capitalization, yang semuanya memberikan gambaran komprehensif tentang valuasi dan kinerja perusahaan.
Pengaruh Jumlah Saham yang Beredar terhadap Harga Saham
Jumlah saham yang beredar memiliki hubungan terbalik dengan harga saham, ceteris paribus. Jika jumlah saham yang beredar meningkat (misalnya, melalui penerbitan saham baru), dan permintaan pasar tetap sama, maka harga saham cenderung turun karena jumlah saham yang tersedia di pasar meningkat. Sebaliknya, jika perusahaan melakukan buyback saham (membeli kembali sahamnya sendiri), jumlah saham yang beredar berkurang, dan harga saham berpotensi meningkat karena permintaan yang sama tersebar di jumlah saham yang lebih sedikit. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan memiliki 1 juta saham yang beredar dengan harga Rp 10.000 per saham, dan kemudian menerbitkan 500.000 saham baru, maka harga saham dapat turun, asumsi permintaan tetap sama, karena ada lebih banyak saham yang tersedia di pasar.
Implikasi Jumlah Saham yang Beredar terhadap Likuiditas Saham
Likuiditas saham mengacu pada kemudahan suatu saham untuk diperjualbelikan di pasar. Jumlah saham yang beredar yang tinggi umumnya dikaitkan dengan likuiditas yang lebih tinggi karena ada lebih banyak saham yang tersedia untuk diperdagangkan. Sebaliknya, saham dengan jumlah saham yang beredar rendah mungkin kurang likuid, yang berarti mungkin lebih sulit untuk membeli atau menjual saham tersebut dengan cepat tanpa mempengaruhi harga secara signifikan. Ini karena jumlah penjual dan pembeli yang terbatas.
Ilustrasi Perubahan Jumlah Saham yang Beredar dan Pengaruhnya terhadap Pemegang Saham
Bayangkan sebuah perusahaan dengan 1 juta saham yang beredar, dimiliki oleh 10.000 pemegang saham. Setiap pemegang saham memiliki 100 saham. Jika perusahaan menerbitkan 1 juta saham baru, jumlah saham yang beredar menjadi 2 juta. Persentase kepemilikan setiap pemegang saham kini menjadi 50 saham dari total 2 juta saham, atau 2,5%. Meskipun nilai investasi mereka secara nominal mungkin tetap sama (tergantung pada harga saham), persentase kepemilikan dan pengaruh mereka terhadap pengambilan keputusan perusahaan telah berkurang. Sebaliknya, jika perusahaan melakukan buyback saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar, maka persentase kepemilikan pemegang saham akan meningkat.
Poin-Poin Penting dalam Menganalisis Data Saham yang Beredar
Beberapa hal penting perlu diperhatikan ketika menganalisis data jumlah saham yang beredar:
Perhatikan tren perubahan jumlah saham yang beredar dari waktu ke waktu. Apakah ada peningkatan atau penurunan yang signifikan? Apa penyebabnya?
Bandingkan jumlah saham yang beredar dengan perusahaan sejenis di industri yang sama. Apakah jumlahnya relatif tinggi atau rendah?
Pertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham, seperti kinerja keuangan perusahaan, kondisi ekonomi makro, dan sentimen pasar. Jumlah saham yang beredar hanyalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan.
Pahami tujuan perusahaan dalam menerbitkan saham baru atau melakukan buyback saham. Hal ini dapat memberikan konteks yang lebih baik untuk menginterpretasi perubahan jumlah saham yang beredar.
Perbedaan Saham yang Beredar dengan Metrik Keuangan Lainnya
Memahami jumlah saham yang beredar merupakan kunci penting dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan. Namun, informasi ini lebih bermakna jika diinterpretasikan bersamaan dengan metrik keuangan lainnya. Dengan demikian, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai kesehatan dan prospek perusahaan tersebut.
Jumlah saham yang beredar, jika dilihat sendiri, hanya memberikan informasi tentang seberapa banyak saham yang dimiliki oleh investor. Untuk memahami dampaknya terhadap kinerja perusahaan, kita perlu membandingkannya dengan rasio keuangan seperti EPS dan P/E Ratio. Perbandingan ini akan memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai nilai perusahaan dan potensi keuntungan bagi investor.
Hubungan Saham Beredar dengan EPS (Earnings Per Share)
EPS menunjukkan laba bersih perusahaan per saham yang beredar. Semakin rendah jumlah saham yang beredar, maka semakin tinggi EPS, dengan asumsi laba bersih tetap sama. Sebaliknya, semakin tinggi jumlah saham yang beredar, semakin rendah EPS. Ini karena laba bersih dibagi dengan jumlah saham yang lebih besar. Informasi ini sangat penting bagi investor untuk menilai profitabilitas perusahaan per unit saham yang dimiliki.
Hubungan Saham Beredar dengan P/E Ratio (Price-to-Earnings Ratio)
P/E Ratio membandingkan harga saham dengan EPS. Jumlah saham yang beredar secara tidak langsung mempengaruhi P/E Ratio. Jika jumlah saham beredar rendah dan EPS tinggi (karena laba bersih yang baik), maka P/E Ratio cenderung tinggi, menunjukkan bahwa investor menilai perusahaan tersebut mahal. Sebaliknya, jika jumlah saham beredar tinggi dan EPS rendah, P/E Ratio cenderung rendah, menunjukkan bahwa investor menilai perusahaan tersebut murah. Namun, perlu diingat bahwa P/E Ratio juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti ekspektasi pertumbuhan masa depan perusahaan.
Tabel Hubungan Saham Beredar dengan Rasio Keuangan
Metrik | Penjelasan | Dampak Jumlah Saham Beredar | Implikasi Investasi |
---|---|---|---|
EPS | Laba bersih per saham | Berbanding terbalik (jumlah saham beredar ↑, EPS ↓) | Menunjukkan profitabilitas per saham |
P/E Ratio | Rasio harga saham terhadap EPS | Tidak langsung, dipengaruhi oleh EPS | Menunjukkan valuasi relatif perusahaan |
Dividen per Saham | Pembagian laba kepada pemegang saham per saham | Berbanding terbalik (jumlah saham beredar ↑, Dividen per saham ↓) | Menunjukkan kemampuan perusahaan membayar dividen |
Pengaruh Informasi Terhadap Keputusan Investasi
Informasi mengenai jumlah saham yang beredar, dikombinasikan dengan EPS dan P/E Ratio, memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kinerja dan valuasi perusahaan. Investor dapat menggunakan informasi ini untuk membandingkan perusahaan sejenis, menilai potensi pertumbuhan, dan membuat keputusan investasi yang lebih terinformasi. Misalnya, dua perusahaan dengan laba bersih yang sama, tetapi dengan jumlah saham yang beredar berbeda, akan memiliki EPS dan P/E Ratio yang berbeda, sehingga mempengaruhi keputusan investasi.
Studi Kasus: Perbandingan Dua Perusahaan
Bayangkan dua perusahaan, Perusahaan A dan Perusahaan B, sama-sama memiliki laba bersih sebesar Rp 1 miliar. Perusahaan A memiliki 10 juta saham beredar, sedangkan Perusahaan B memiliki 20 juta saham beredar. EPS Perusahaan A adalah Rp 100 (Rp 1 miliar / 10 juta saham), sedangkan EPS Perusahaan B adalah Rp 50 (Rp 1 miliar / 20 juta saham). Jika harga saham Perusahaan A adalah Rp 1000, P/E Ratio-nya adalah 10 (Rp 1000 / Rp 100). Jika harga saham Perusahaan B adalah Rp 500, P/E Ratio-nya juga 10 (Rp 500 / Rp 50). Meskipun P/E Ratio sama, EPS yang berbeda menunjukkan perbedaan profitabilitas per saham. Investor mungkin lebih tertarik pada Perusahaan A karena EPS yang lebih tinggi, meskipun valuasinya sama dengan Perusahaan B.
Penutup
Memahami cara menghitung saham yang beredar merupakan kunci untuk menganalisis kesehatan keuangan perusahaan dan membuat keputusan investasi yang bijak. Dengan menguasai metode perhitungan dan mengetahui sumber data yang terpercaya, investor dapat menilai potensi pertumbuhan dan risiko investasi dengan lebih akurat. Ingatlah untuk selalu mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah saham yang beredar, seperti aksi korporasi dan kepemilikan saham treasury, untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif.