Opikini.com – Cara Menghitung Struktur Skala Upah Perusahaan. Cara menghitung struktur skala upah merupakan aspek krusial dalam manajemen sumber daya manusia. Memahami bagaimana merancang dan menghitung struktur upah yang adil, transparan, dan sesuai regulasi sangat penting bagi keberhasilan perusahaan. Artikel ini akan membahas langkah-langkah perhitungan struktur skala upah berdasarkan berbagai metode, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta pertimbangan hukum dan etika yang perlu diperhatikan.
Dengan pemahaman yang komprehensif tentang struktur skala upah, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang memotivasi karyawan, meningkatkan produktivitas, dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan ketenagakerjaan. Pembahasan selanjutnya akan menjelaskan secara rinci berbagai metode perhitungan, mulai dari yang berbasis jabatan, kinerja, hingga senioritas, disertai contoh numerik untuk mempermudah pemahaman.
Pengertian Struktur Skala Upah

Struktur skala upah merupakan suatu sistem yang dirancang untuk menentukan besaran upah atau gaji yang akan diterima oleh karyawan berdasarkan berbagai faktor, seperti jabatan, kinerja, senioritas, pendidikan, dan keterampilan. Sistem ini memberikan kerangka kerja yang jelas dan terukur dalam hal kompensasi, sehingga menciptakan transparansi dan keadilan dalam pemberian upah di suatu perusahaan atau organisasi. Penerapan struktur skala upah yang efektif dapat meningkatkan motivasi karyawan, mengurangi konflik internal, dan meningkatkan produktivitas secara keseluruhan.
Struktur skala upah berbeda dengan sistem penggajian lainnya, seperti sistem upah harian atau borongan. Sistem upah harian hanya memperhitungkan jumlah hari kerja, sementara sistem borongan berfokus pada jumlah output. Struktur skala upah lebih komprehensif, mempertimbangkan berbagai faktor untuk menentukan besaran upah yang lebih adil dan terstruktur.
Contoh Penerapan Struktur Skala Upah di Berbagai Sektor Industri
Struktur skala upah diterapkan secara luas di berbagai sektor industri. Di sektor manufaktur, misalnya, struktur upah mungkin didasarkan pada jabatan (operator mesin, teknisi, supervisor), tingkat keterampilan, dan senioritas. Sementara itu, di sektor jasa seperti perbankan atau perhotelan, struktur upah dapat mempertimbangkan jabatan (teller, customer service, manajer), kinerja individu, dan target penjualan yang dicapai. Di sektor pendidikan, struktur upah seringkali didasarkan pada kualifikasi akademik, pengalaman mengajar, dan jenjang jabatan akademik.
Perbedaan Struktur Skala Upah dengan Sistem Penggajian Lainnya
Berikut ini adalah perbandingan struktur skala upah dengan sistem penggajian lainnya:
- Sistem Upah Harian: Hanya memperhitungkan jumlah hari kerja, tanpa mempertimbangkan faktor lain seperti kinerja atau jabatan. Lebih sederhana tetapi kurang adil dan memotivasi.
- Sistem Upah Borongan: Berfokus pada jumlah output atau hasil kerja. Memotivasikan peningkatan produktivitas, tetapi kurang memperhatikan aspek keadilan dan kesejahteraan karyawan.
- Struktur Skala Upah: Meliputi berbagai faktor seperti jabatan, kinerja, senioritas, dan keterampilan. Lebih kompleks, tetapi lebih adil, transparan, dan memotivasi.
Perbandingan Tiga Jenis Struktur Skala Upah
Berikut ini adalah perbandingan tiga jenis struktur skala upah yang umum digunakan:
Jenis Struktur | Faktor Utama | Keunggulan | Kelemahan |
---|---|---|---|
Berdasarkan Jabatan | Hierarki jabatan dan tanggung jawab | Mudah dipahami dan diterapkan | Kurang fleksibel dan mungkin tidak mencerminkan kinerja individu |
Berdasarkan Kinerja | Pencapaian target dan hasil kerja | Memotivasikan peningkatan kinerja | Membutuhkan sistem penilaian kinerja yang akurat dan objektif |
Berdasarkan Senioritas | Lama masa kerja | Memberikan penghargaan atas loyalitas dan pengalaman | Mungkin tidak mencerminkan kinerja atau kemampuan aktual |
Ilustrasi Pengaruh Struktur Skala Upah terhadap Motivasi Karyawan
Bayangkan dua perusahaan, Perusahaan A dan Perusahaan B, yang sama-sama bergerak di bidang teknologi. Perusahaan A menerapkan struktur skala upah yang transparan dan adil, berdasarkan kinerja dan potensi pertumbuhan karyawan. Karyawan merasa dihargai dan termotivasi untuk meningkatkan kemampuan mereka, karena mereka tahu bahwa kinerja mereka akan berdampak langsung pada peningkatan penghasilan mereka. Sebaliknya, Perusahaan B menerapkan sistem upah yang kaku dan kurang transparan, tanpa mempertimbangkan kinerja individu. Karyawan merasa demotivasi dan kurang terdorong untuk berprestasi, karena mereka tidak melihat hubungan yang jelas antara usaha dan imbalan yang mereka terima. Perusahaan A cenderung memiliki tingkat produktivitas dan retensi karyawan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Perusahaan B, karena struktur skala upah yang efektif mampu menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil dan memotivasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Skala Upah
Struktur skala upah yang efektif merupakan kunci keberhasilan perusahaan dalam menarik dan mempertahankan karyawan berkualitas. Penentuan struktur ini tidaklah sederhana, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal yang saling berinteraksi. Pemahaman yang komprehensif terhadap faktor-faktor ini sangat krusial untuk menciptakan sistem pengupahan yang adil, kompetitif, dan selaras dengan tujuan bisnis perusahaan.
Faktor Internal yang Mempengaruhi Struktur Skala Upah
Faktor internal perusahaan berperan signifikan dalam membentuk struktur skala upah. Faktor-faktor ini berasal dari dalam perusahaan itu sendiri dan mencerminkan kebijakan, strategi, dan kondisi operasionalnya.
- Kebijakan Pengupahan Perusahaan: Kebijakan ini mencakup filosofi perusahaan terkait kompensasi, seperti penekanan pada keadilan, kinerja, atau senioritas. Perusahaan yang berorientasi pada kinerja mungkin menerapkan sistem upah berbasis insentif yang lebih tinggi, sementara perusahaan yang menekankan senioritas mungkin menggunakan sistem penggajian yang lebih berbasis pada masa kerja.
- Struktur Organisasi: Hierarki organisasi dan kompleksitasnya mempengaruhi struktur skala upah. Perusahaan dengan struktur organisasi yang kompleks dan banyak tingkatan biasanya memiliki rentang upah yang lebih luas dibandingkan perusahaan dengan struktur yang lebih datar.
- Strategi Bisnis: Strategi bisnis perusahaan, seperti fokus pada inovasi, efisiensi biaya, atau ekspansi pasar, akan mempengaruhi bagaimana perusahaan mengalokasikan sumber daya untuk kompensasi. Perusahaan yang berfokus pada inovasi mungkin bersedia membayar lebih tinggi untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik.
- Kemampuan Keuangan Perusahaan: Kondisi keuangan perusahaan secara langsung mempengaruhi kemampuannya untuk membayar upah yang kompetitif. Perusahaan yang sehat secara finansial memiliki fleksibilitas yang lebih besar dalam menentukan skala upah yang menarik.
- Kinerja Keuangan Karyawan: Sistem pengupahan yang terikat pada kinerja individu atau tim dapat meningkatkan produktivitas dan memotivasi karyawan. Hal ini dapat diwujudkan melalui bonus, komisi, atau kenaikan gaji berdasarkan pencapaian target.
Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Struktur Skala Upah
Faktor eksternal berasal dari luar perusahaan dan mencerminkan kondisi pasar tenaga kerja dan lingkungan bisnis secara umum. Perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor ini untuk tetap kompetitif dalam menarik dan mempertahankan karyawan.
- Kondisi Pasar Tenaga Kerja: Tingkat pengangguran, permintaan dan penawaran tenaga kerja terampil di industri tertentu, dan persaingan perekrutan dari perusahaan lain secara signifikan mempengaruhi skala upah yang kompetitif.
- Upah Minimum Regional/Nasional: Peraturan pemerintah terkait upah minimum merupakan batasan bawah yang harus dipenuhi perusahaan dalam menentukan skala upah.
- Biaya Hidup: Tingkat biaya hidup di suatu wilayah mempengaruhi daya beli karyawan. Perusahaan perlu mempertimbangkan biaya hidup untuk menentukan upah yang layak dan menarik bagi karyawan.
- Peraturan Pemerintah: Peraturan pemerintah lainnya, seperti peraturan pajak penghasilan dan jaminan sosial, juga dapat mempengaruhi struktur skala upah.
- Kondisi Ekonomi Makro: Kondisi ekonomi makro, seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi, dapat mempengaruhi daya beli karyawan dan kemampuan perusahaan untuk membayar upah yang kompetitif.
Interaksi Faktor Internal dan Eksternal dalam Penentuan Struktur Skala Upah
Diagram alur berikut menggambarkan interaksi antara faktor internal dan eksternal dalam penentuan struktur skala upah. Faktor internal dan eksternal saling mempengaruhi dan membentuk struktur upah yang optimal.
Diagram Alur (deskripsi): Diagram dimulai dengan kotak “Analisis Kebutuhan Jabatan”. Dari kotak ini, terdapat dua cabang: satu menuju kotak “Faktor Internal” (Kebijakan Pengupahan, Struktur Organisasi, Strategi Bisnis, Kemampuan Keuangan, Kinerja Karyawan) dan satu menuju kotak “Faktor Eksternal” (Kondisi Pasar Tenaga Kerja, Upah Minimum, Biaya Hidup, Peraturan Pemerintah, Kondisi Ekonomi Makro). Kedua kotak ini kemudian bertemu di kotak “Penentuan Struktur Skala Upah”, yang kemudian berlanjut ke kotak “Implementasi dan Evaluasi”.
Contoh Kasus Dampak Faktor-faktor Tersebut pada Besaran Upah
Sebuah perusahaan teknologi di Jakarta sedang menentukan struktur upah untuk posisi programmer. Faktor internal seperti strategi bisnis yang berfokus pada inovasi dan kemampuan keuangan yang kuat memungkinkan perusahaan untuk menawarkan upah yang kompetitif. Namun, faktor eksternal seperti tingginya permintaan programmer di pasar tenaga kerja dan biaya hidup yang tinggi di Jakarta juga turut mempengaruhi besaran upah yang ditawarkan. Sebagai kompromi, perusahaan memutuskan untuk menawarkan upah yang lebih tinggi dari rata-rata pasar, tetapi tetap mempertimbangkan kemampuan keuangan perusahaan dan menerapkan sistem bonus berbasis kinerja untuk meningkatkan daya tarik posisi tersebut.
Penggunaan Analisis Jabatan dalam Menentukan Struktur Skala Upah
Analisis jabatan merupakan proses sistematis untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang persyaratan, tanggung jawab, dan tugas-tugas suatu jabatan. Informasi ini digunakan untuk menentukan nilai relatif dari setiap jabatan dalam organisasi. Dengan membandingkan nilai relatif dari berbagai jabatan, perusahaan dapat membangun struktur skala upah yang adil dan konsisten. Misalnya, analisis jabatan dapat mengidentifikasi bahwa posisi manajer proyek memiliki tanggung jawab dan kompleksitas yang lebih tinggi daripada posisi asisten administrasi, sehingga posisi manajer proyek akan mendapatkan upah yang lebih tinggi.
Metode Perhitungan Struktur Skala Upah: Cara Menghitung Struktur Skala Upah
Perhitungan struktur skala upah merupakan proses penting dalam manajemen kompensasi. Sistem yang terstruktur dan adil akan meningkatkan motivasi karyawan dan produktivitas perusahaan. Berikut ini akan diuraikan beberapa metode perhitungan struktur skala upah, beserta contoh penerapannya.
Perhitungan Struktur Skala Upah Berdasarkan Jabatan
Metode ini menghubungkan besaran upah dengan tingkat jabatan atau posisi dalam hierarki organisasi. Upah akan meningkat seiring dengan peningkatan tanggung jawab dan kompleksitas tugas yang diemban.
- Tentukan rentang upah untuk setiap jabatan berdasarkan analisis jabatan dan survei pasar kerja.
- Tetapkan tingkat upah minimum dan maksimum untuk setiap jabatan, mempertimbangkan faktor-faktor seperti pengalaman, pendidikan, dan keterampilan yang dibutuhkan.
- Klasifikasikan setiap jabatan ke dalam tingkatan tertentu berdasarkan hierarki organisasi.
Contoh: Misalnya, jabatan Asisten Manajer memiliki rentang upah Rp 8.000.000 – Rp 12.000.000, sementara Manajer memiliki rentang upah Rp 15.000.000 – Rp 20.000.000.
Perhitungan Struktur Skala Upah Berdasarkan Kinerja
Metode ini memberikan insentif bagi karyawan yang menunjukkan kinerja unggul. Upah akan dihitung berdasarkan pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
- Tetapkan indikator kinerja utama (KPI) yang relevan dengan setiap jabatan.
- Tentukan bobot masing-masing KPI berdasarkan kontribusinya terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
- Tetapkan target kinerja untuk setiap KPI.
- Hitung skor kinerja karyawan berdasarkan pencapaian target KPI.
- Tentukan persentase kenaikan upah berdasarkan skor kinerja.
Contoh: Jika seorang karyawan mencapai 100% target KPI, ia akan mendapatkan kenaikan upah sebesar 10%. Jika mencapai 120% target KPI, kenaikan upahnya bisa mencapai 15%.
Perhitungan Struktur Skala Upah Berdasarkan Senioritas
Metode ini memberikan kenaikan upah secara berkala berdasarkan masa kerja karyawan. Metode ini memberikan penghargaan atas kesetiaan dan pengalaman karyawan.
- Tentukan persentase kenaikan upah untuk setiap periode masa kerja (misalnya, setiap tahun).
- Tentukan batas maksimum kenaikan upah berdasarkan senioritas.
- Hitung kenaikan upah berdasarkan masa kerja karyawan.
Contoh: Kenaikan upah sebesar 5% diberikan setiap tahun selama 5 tahun pertama masa kerja, kemudian 3% setiap tahun setelahnya, dengan batas maksimum kenaikan 30%.
Tabel Perbandingan Metode Perhitungan
Metode | Rumus/Penjelasan | Contoh |
---|---|---|
Berdasarkan Jabatan | Rentang upah ditetapkan berdasarkan level jabatan. | Jabatan A: Rp 8.000.000 – Rp 12.000.000 |
Berdasarkan Kinerja | Kenaikan upah = (Skor Kinerja x Persentase Kenaikan) + Upah Pokok | Skor 120%, kenaikan 15%, upah pokok Rp 10.000.000; Upah baru = (120% x 15%) + Rp 10.000.000 = Rp 11.800.000 |
Berdasarkan Senioritas | Kenaikan upah diberikan secara bertahap berdasarkan masa kerja. | 5% per tahun selama 5 tahun pertama, 3% setelahnya, maksimum 30%. |
Implementasi dan Evaluasi Struktur Skala Upah
Setelah struktur skala upah dirancang, implementasi dan evaluasi yang efektif menjadi kunci keberhasilannya. Tahap ini memastikan keadilan, transparansi, dan efektivitas sistem pengupahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Implementasi yang tepat akan meminimalisir potensi konflik dan meningkatkan motivasi karyawan.
Langkah-Langkah Implementasi Struktur Skala Upah yang Efektif
Implementasi struktur skala upah memerlukan perencanaan yang matang dan komunikasi yang efektif kepada seluruh karyawan. Berikut beberapa langkah kunci yang perlu diperhatikan:
- Sosialisasi: Komunikasi yang jelas dan transparan kepada seluruh karyawan mengenai struktur skala upah yang baru, termasuk alasan dan dasar perhitungannya. Hal ini penting untuk membangun pemahaman dan kepercayaan.
- Pelatihan: Memberikan pelatihan kepada manajer dan bagian HRD tentang cara menerapkan struktur skala upah yang baru dengan benar dan konsisten.
- Sistem Informasi: Memastikan sistem informasi penggajian terintegrasi dan mampu memproses struktur skala upah yang baru secara akurat dan efisien.
- Monitoring: Melakukan pemantauan berkala untuk memastikan implementasi berjalan sesuai rencana dan mengidentifikasi potensi masalah sejak dini.
- Dokumentasi: Menyusun dokumentasi yang komprehensif mengenai seluruh proses implementasi, termasuk kebijakan, prosedur, dan data pendukung.
Contoh Kebijakan Perusahaan Terkait Struktur Skala Upah
Kebijakan perusahaan yang adil dan transparan terkait struktur skala upah harus terdokumentasi dengan jelas. Berikut contoh poin-poin penting yang perlu dicantumkan:
- Dasar Perhitungan Gaji: Penjelasan detail mengenai komponen gaji, seperti gaji pokok, tunjangan, dan insentif, serta bagaimana masing-masing dihitung.
- Kriteria Kenaikan Gaji: Kriteria yang jelas dan terukur untuk kenaikan gaji, misalnya berdasarkan kinerja, masa kerja, atau pencapaian target.
- Prosedur Pengaduan: Prosedur yang mudah diakses dan dipahami oleh karyawan untuk mengajukan pengaduan atau pertanyaan terkait gaji.
- Kerahasiaan: Kebijakan kerahasiaan informasi gaji untuk menjaga privasi karyawan.
- Revisi Berkala: Komitmen perusahaan untuk melakukan review dan revisi struktur skala upah secara berkala, misalnya setiap tahun, untuk memastikan keadilan dan relevansi dengan kondisi pasar kerja.
Prosedur Review dan Evaluasi Berkala Terhadap Struktur Skala Upah
Review dan evaluasi berkala sangat penting untuk memastikan struktur skala upah tetap kompetitif dan adil. Prosedur ini sebaiknya melibatkan berbagai pihak, termasuk manajemen, HRD, dan perwakilan karyawan.
- Pengumpulan Data: Mengumpulkan data internal dan eksternal, seperti data kinerja karyawan, tingkat kepuasan karyawan, dan data gaji kompetitor.
- Analisis Data: Menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
- Rekomendasi Perubahan: Merumuskan rekomendasi perubahan pada struktur skala upah berdasarkan hasil analisis.
- Implementasi Perubahan: Menerapkan perubahan yang telah disetujui.
- Monitoring dan Evaluasi: Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas perubahan yang telah diterapkan.
Indikator Kunci Kinerja (KPI) untuk Mengukur Efektivitas Struktur Skala Upah
Beberapa KPI yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas struktur skala upah antara lain:
- Tingkat kepuasan karyawan terhadap sistem pengupahan.
- Turnover rate karyawan.
- Produktivitas karyawan.
- Kompetitivitas gaji perusahaan dibandingkan dengan kompetitor.
- Rasio pengeluaran gaji terhadap pendapatan perusahaan.
Saran untuk Meningkatkan Keadilan dan Transparansi dalam Sistem Pengupahan, Cara menghitung struktur skala upah
Sistem pengupahan yang adil dan transparan akan meningkatkan motivasi dan produktivitas karyawan. Keterbukaan dalam proses penetapan gaji, serta mekanisme pengaduan yang efektif, akan membangun kepercayaan dan mengurangi potensi konflik. Evaluasi berkala dan penyesuaian struktur gaji berdasarkan kinerja dan kondisi pasar merupakan kunci keberhasilan.
Pertimbangan Hukum dan Etika dalam Struktur Skala Upah
Merancang struktur skala upah yang efektif tidak hanya melibatkan aspek teknis perhitungan, tetapi juga pertimbangan hukum dan etika yang krusial. Penerapan struktur yang tidak adil atau tidak sesuai regulasi dapat berujung pada masalah hukum dan merusak reputasi perusahaan. Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai peraturan perundang-undangan, prinsip keadilan, dan praktik etika dalam penetapan upah sangatlah penting.
Peraturan Perundang-undangan Terkait Upah Minimum dan Struktur Skala Upah
Di Indonesia, penetapan upah minimum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan peraturan pelaksanaannya. Upah minimum merupakan batas terendah upah yang harus dibayarkan kepada pekerja/buruh. Struktur skala upah perusahaan haruslah mematuhi ketentuan upah minimum ini, dan tidak boleh menetapkan upah di bawah angka tersebut. Selain itu, peraturan perundang-undangan juga mengatur aspek lain yang relevan seperti masa kerja, jenis pekerjaan, dan kualifikasi yang dapat mempengaruhi besaran upah di atas upah minimum.
Implikasi Hukum Penerapan Struktur Skala Upah yang Tidak Adil atau Diskriminatif
Penerapan struktur skala upah yang tidak adil atau diskriminatif dapat berakibat hukum yang serius. Diskriminasi upah berdasarkan jenis kelamin, agama, suku, ras, atau latar belakang lainnya merupakan pelanggaran hukum. Perusahaan yang terbukti melakukan pelanggaran dapat dikenai sanksi administratif, denda, bahkan tuntutan hukum dari pekerja/buruh yang dirugikan. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap citra perusahaan dan kepercayaan publik.
Panduan Etika dalam Merancang dan Menerapkan Struktur Skala Upah yang Berkeadilan
Merancang struktur skala upah yang etis membutuhkan komitmen perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil dan setara. Prinsip transparansi, keadilan, dan kesetaraan harus menjadi landasan utama. Sistem penilaian kinerja yang objektif dan terukur perlu diterapkan untuk memastikan bahwa kenaikan upah diberikan berdasarkan prestasi dan kontribusi karyawan, bukan faktor subjektif lainnya. Komunikasi yang terbuka dan jujur dengan karyawan mengenai struktur skala upah juga penting untuk membangun kepercayaan dan menghindari kesalahpahaman.
- Menjamin kesetaraan upah untuk pekerjaan yang setara.
- Memberikan kesempatan yang sama bagi semua karyawan untuk mendapatkan kenaikan upah dan promosi.
- Menyediakan sistem pengaduan yang efektif untuk menangani keluhan terkait upah.
- Melakukan tinjauan berkala terhadap struktur skala upah untuk memastikan keadilan dan kesesuaian dengan kondisi pasar.
Studi Kasus Sengketa Upah Terkait Struktur Skala Upah
Contoh kasus: Sebuah perusahaan di Jakarta pernah menghadapi gugatan hukum dari sejumlah karyawannya karena dianggap menerapkan struktur skala upah yang diskriminatif. Karyawan perempuan dengan posisi dan tanggung jawab yang sama dengan karyawan laki-laki menerima upah yang lebih rendah. Setelah melalui proses persidangan, perusahaan tersebut diputuskan bersalah dan diwajibkan untuk membayar ganti rugi kepada karyawan yang dirugikan, serta merevisi struktur skala upahnya agar adil dan tidak diskriminatif. Kasus ini menunjukkan pentingnya memastikan struktur skala upah sesuai dengan hukum dan etika.
Poin-Poin Penting untuk Kepatuhan Hukum dan Etika dalam Struktur Skala Upah
Untuk memastikan kepatuhan hukum dan etika, beberapa poin penting perlu dipertimbangkan:
Aspek | Pertimbangan |
---|---|
Legalitas | Patuh pada UU Ketenagakerjaan dan peraturan terkait. |
Keadilan | Sistem penilaian kinerja yang objektif dan transparan. |
Transparansi | Komunikasi terbuka dengan karyawan mengenai struktur upah. |
Kesetaraan | Menghindari diskriminasi dalam penetapan upah. |
Review Berkala | Meninjau dan menyesuaikan struktur upah secara berkala. |
Akhir Kata
Merancang dan mengimplementasikan struktur skala upah yang efektif memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap berbagai faktor internal dan eksternal, serta kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku. Dengan memahami langkah-langkah perhitungan, faktor-faktor yang berpengaruh, dan pertimbangan etika hukum, perusahaan dapat membangun sistem pengupahan yang adil, transparan, dan mampu memotivasi karyawan untuk mencapai kinerja optimal. Semoga uraian di atas dapat memberikan panduan yang bermanfaat dalam membangun sistem pengupahan yang efektif dan berkeadilan.