Cara Menghitung Struktur Skala Upah

Cara Menghitung Struktur Skala Upah

Opikini.comCara Menghitung Struktur Skala Upah. Cara menghitung struktur skala upah merupakan hal krusial dalam manajemen kompensasi. Sistem pengupahan yang tepat akan berdampak signifikan pada motivasi dan produktivitas karyawan, sekaligus memastikan keadilan dan transparansi dalam perusahaan. Memahami berbagai metode perhitungan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan implementasinya yang efektif adalah kunci keberhasilan dalam membangun struktur skala upah yang optimal.

Artikel ini akan membahas secara detail langkah-langkah menghitung struktur skala upah, mulai dari definisi, faktor-faktor penentu, metode perhitungan (seperti metode point factor dan banding pasar), hingga implementasi dan evaluasinya. Dengan pemahaman yang komprehensif, perusahaan dapat merancang sistem pengupahan yang adil, kompetitif, dan memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan bersama.

Struktur Skala Upah

Cara Menghitung Struktur Skala Upah
Cara Menghitung Struktur Skala Upah

Struktur skala upah merupakan sistematisasi pembayaran gaji atau kompensasi kepada karyawan berdasarkan kriteria tertentu. Sistem ini berperan krusial dalam manajemen kompensasi, memastikan keadilan, transparansi, dan daya saing perusahaan dalam menarik dan mempertahankan talenta terbaik. Dengan struktur yang baik, perusahaan dapat menghindari konflik internal terkait gaji dan menciptakan lingkungan kerja yang produktif.

Jenis Struktur Skala Upah, Cara menghitung struktur skala upah

Berbagai jenis struktur skala upah diterapkan oleh perusahaan, disesuaikan dengan kebutuhan dan strategi bisnis mereka. Pemilihan jenis struktur ini berdampak signifikan terhadap motivasi dan kinerja karyawan.

  • Struktur Skala Upah Berbasis Jabatan: Sistem ini menetapkan gaji berdasarkan hierarki jabatan dan tanggung jawab. Semakin tinggi jabatan, semakin tinggi pula gaji yang diterima.
  • Struktur Skala Upah Berbasis Kinerja: Gaji ditentukan berdasarkan pencapaian kinerja individu atau tim. Sistem ini mendorong karyawan untuk meningkatkan produktivitas dan mencapai target yang telah ditetapkan.
  • Struktur Skala Upah Berbasis Kompetensi: Gaji didasarkan pada kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan karyawan. Sistem ini memberikan insentif bagi karyawan untuk terus mengembangkan diri.
  • Struktur Skala Upah Gabungan: Sistem ini menggabungkan beberapa elemen, seperti jabatan, kinerja, dan kompetensi, untuk menentukan gaji. Sistem ini memberikan fleksibilitas dan keadilan yang lebih baik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Desain Struktur Skala Upah

Merancang struktur skala upah yang efektif membutuhkan pertimbangan berbagai faktor internal dan eksternal perusahaan. Faktor-faktor ini memastikan struktur yang adil, kompetitif, dan sesuai dengan kondisi pasar tenaga kerja.

  • Kondisi Pasar Tenaga Kerja: Gaji harus kompetitif agar perusahaan dapat menarik dan mempertahankan karyawan berkualitas. Survei gaji dan analisis pasar tenaga kerja sangat penting.
  • Kemampuan Keuangan Perusahaan: Anggaran perusahaan membatasi besaran gaji yang dapat ditawarkan. Perencanaan yang cermat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan bisnis.
  • Kebijakan Perusahaan: Nilai-nilai dan strategi perusahaan mempengaruhi desain struktur skala upah. Misalnya, perusahaan yang menekankan kinerja akan lebih condong pada sistem berbasis kinerja.
  • Keadilan dan Kesetaraan: Struktur harus adil dan transparan, memastikan kesetaraan kesempatan bagi semua karyawan.

Perbandingan Struktur Skala Upah Berbasis Jabatan dan Berbasis Kinerja

Tabel berikut membandingkan dua jenis struktur skala upah yang umum digunakan, yaitu berbasis jabatan dan berbasis kinerja.

JabatanKriteria PengupahanKelebihanKekurangan
Manajer PemasaranTingkat jabatan dan tanggung jawabSistem sederhana dan mudah dipahami; prediksi pengeluaran gaji mudahKurang memotivasi peningkatan kinerja; potensi ketidakadilan jika kinerja karyawan berbeda signifikan dalam satu jabatan
Sales RepresentativePencapaian target penjualanMemotivasi karyawan untuk meningkatkan kinerja; menghasilkan peningkatan produktivitasPotensi persaingan tidak sehat antar karyawan; sulit untuk mengukur kinerja secara objektif pada beberapa kasus

Ilustrasi Pengaruh Struktur Skala Upah terhadap Motivasi Karyawan

Bayangkan sebuah perusahaan manufaktur yang sebelumnya menerapkan struktur skala upah berbasis jabatan yang kaku. Karyawan merasa demotivasi karena kenaikan gaji hanya didasarkan pada senioritas, bukan kinerja. Setelah perusahaan mengadopsi sistem berbasis kinerja dengan bonus dan insentif yang jelas, produktivitas meningkat secara signifikan. Karyawan termotivasi untuk mencapai target produksi, meningkatkan kualitas produk, dan berinovasi untuk mendapatkan bonus tambahan. Hal ini berujung pada peningkatan laba perusahaan dan kepuasan karyawan.

Faktor-faktor Penentu Skala Upah

Menentukan skala upah yang adil dan kompetitif merupakan proses yang kompleks, dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal perusahaan. Pemahaman yang komprehensif terhadap faktor-faktor ini krusial untuk membangun sistem pengupahan yang efektif dan berkelanjutan, yang mampu menarik dan mempertahankan karyawan berkualitas sekaligus menjaga kesehatan finansial perusahaan.

Faktor Internal Perusahaan

Kemampuan finansial perusahaan dan strategi bisnisnya berperan besar dalam menentukan skala upah yang diterapkan. Perusahaan yang sehat secara finansial memiliki fleksibilitas lebih besar dalam menawarkan upah yang kompetitif. Sebaliknya, perusahaan dengan kondisi keuangan yang terbatas mungkin perlu menerapkan skala upah yang lebih konservatif.

  • Kemampuan Finansial: Profitabilitas, arus kas, dan struktur modal perusahaan secara langsung memengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar upah. Perusahaan yang menguntungkan dan memiliki arus kas yang kuat cenderung mampu menawarkan upah yang lebih tinggi.
  • Strategi Bisnis: Strategi bisnis perusahaan, seperti fokus pada inovasi, kualitas, atau biaya rendah, juga memengaruhi skala upah. Perusahaan yang berfokus pada inovasi dan kualitas mungkin bersedia membayar upah yang lebih tinggi untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik.
  • Struktur Organisasi dan Jabatan: Hierarki organisasi dan deskripsi jabatan yang jelas akan membantu menentukan tingkat upah untuk setiap posisi, mempertimbangkan tanggung jawab, keterampilan, dan kompleksitas tugas.

Faktor Eksternal Perusahaan

Kondisi pasar tenaga kerja dan regulasi pemerintah juga merupakan faktor penentu utama skala upah. Perusahaan perlu mempertimbangkan kondisi pasar untuk memastikan upah yang ditawarkan kompetitif dan mampu menarik kandidat yang berkualitas.

  • Kondisi Pasar Tenaga Kerja: Tingkat pengangguran, ketersediaan tenaga kerja terampil, dan permintaan akan keahlian tertentu di pasar akan memengaruhi skala upah. Pasar tenaga kerja yang ketat, dengan permintaan tinggi dan pasokan rendah, cenderung mendorong upah yang lebih tinggi.
  • Upah Minimum Regional: Peraturan pemerintah mengenai upah minimum regional menjadi batas bawah skala upah. Perusahaan wajib mematuhi peraturan ini dan tidak boleh membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku.
  • Upah di Perusahaan Kompetitor: Penelitian tentang upah yang ditawarkan oleh perusahaan kompetitor di industri yang sama penting untuk menentukan tingkat upah yang kompetitif. Informasi ini dapat diperoleh melalui survei upah, laporan industri, atau informasi publik lainnya.

Pengaruh Inflasi terhadap Skala Upah

Inflasi merupakan faktor eksternal yang signifikan yang perlu dipertimbangkan dalam penyesuaian skala upah. Kenaikan harga barang dan jasa secara umum akan mengurangi daya beli upah jika tidak disesuaikan. Oleh karena itu, penyesuaian periodik skala upah berdasarkan tingkat inflasi diperlukan untuk menjaga daya beli karyawan.

Sebagai contoh, jika inflasi tahunan mencapai 5%, maka perusahaan perlu mempertimbangkan kenaikan upah sekitar 5% untuk mempertahankan daya beli karyawan. Namun, besaran penyesuaian ini juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kinerja perusahaan dan kondisi pasar tenaga kerja.

Analisis Data Pasar Kerja untuk Upah Kompetitif

Menganalisis data pasar kerja merupakan langkah penting untuk menentukan tingkat upah yang kompetitif. Data ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti survei upah, situs web pencarian kerja, dan lembaga statistik pemerintah. Analisis data tersebut meliputi pengamatan tren upah untuk posisi serupa di lokasi geografis yang sama, mempertimbangkan pengalaman, pendidikan, dan keterampilan yang dibutuhkan.

Sebagai contoh, analisis data dapat menunjukkan bahwa upah rata-rata untuk posisi programmer di kota tertentu adalah Rp 15 juta per bulan. Informasi ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan skala upah untuk posisi yang sama di perusahaan.

Penting untuk selalu menjaga keadilan dan transparansi dalam penentuan skala upah. Sistem pengupahan yang adil dan transparan akan meningkatkan moral karyawan, mengurangi konflik, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif. Transparansi juga membantu membangun kepercayaan antara manajemen dan karyawan.

Metode Perhitungan Skala Upah

Menentukan skala upah yang adil dan kompetitif merupakan aspek penting dalam manajemen sumber daya manusia. Skala upah yang tepat dapat menarik dan mempertahankan karyawan berbakat, sekaligus memastikan efisiensi biaya bagi perusahaan. Perhitungan skala upah melibatkan beberapa metode, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri. Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode perhitungan skala upah yang umum digunakan.

Langkah-langkah Umum Perhitungan Skala Upah Berdasarkan Jabatan

Perhitungan skala upah berdasarkan jabatan umumnya melibatkan beberapa langkah. Pertama, analisis jabatan dilakukan untuk menentukan tanggung jawab, keterampilan, dan persyaratan pendidikan untuk setiap posisi. Kedua, setiap faktor tersebut diberi bobot sesuai dengan tingkat kepentingannya bagi perusahaan. Ketiga, nilai poin diberikan untuk setiap faktor berdasarkan skala tertentu. Keempat, total poin untuk setiap jabatan dihitung, dan kemudian dikonversi menjadi rentang upah berdasarkan analisis pasar kerja dan kemampuan perusahaan.

Contoh Perhitungan Skala Upah dengan Metode Point Factor

Metode point factor memberikan nilai poin pada berbagai faktor pekerjaan, seperti pendidikan, pengalaman, tanggung jawab, dan keterampilan. Jumlah poin total kemudian dikonversi menjadi gaji. Sebagai contoh, perhatikan tabel berikut:

FaktorBobotNilai Poin (Jabatan A)Nilai Poin (Jabatan B)
Pendidikan20%80100
Pengalaman30%90120
Tanggung Jawab25%75100
Keterampilan25%6080
Total Poin100%305400

Anggaplah bahwa setiap 10 poin setara dengan Rp 50.000. Maka, gaji untuk Jabatan A adalah 305 poin x Rp 50.000/poin = Rp 15.250.000, sedangkan gaji untuk Jabatan B adalah 400 poin x Rp 50.000/poin = Rp 20.000.000. Ini hanyalah contoh sederhana, dan bobot serta nilai poin dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan perusahaan.

Contoh Perhitungan Skala Upah dengan Metode Banding Pasar

Metode banding pasar membandingkan upah yang ditawarkan oleh perusahaan lain untuk posisi yang serupa. Informasi upah ini dapat diperoleh dari survei gaji, situs web pencari kerja, atau konsultan SDM. Setelah data dikumpulkan, upah untuk setiap posisi di perusahaan kemudian disesuaikan agar kompetitif dengan pasar. Misalnya, jika survei menunjukkan bahwa upah rata-rata untuk posisi analis data di kota X adalah Rp 12.000.000, perusahaan dapat menetapkan upah di kisaran tersebut, dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal seperti kemampuan keuangan perusahaan dan kebijakan penggajian.

Langkah-langkah Perhitungan Skala Upah Berdasarkan Kinerja Karyawan

Sistem penggajian berdasarkan kinerja biasanya menggabungkan gaji pokok dengan bonus atau insentif yang didasarkan pada pencapaian target atau kinerja individu. Langkah-langkahnya meliputi penentuan target kinerja yang terukur, penentuan bobot untuk setiap target, penentuan sistem penghargaan (misalnya, persentase dari gaji pokok atau jumlah tetap), dan penilaian kinerja secara berkala untuk menentukan besaran bonus atau insentif yang akan diberikan. Sistem ini mendorong karyawan untuk meningkatkan produktivitas dan mencapai hasil yang optimal.

Perbandingan Beberapa Metode Perhitungan Skala Upah

MetodeKelebihanKekuranganContoh Penerapan
Point FactorSistematis, objektif, dan transparanMembutuhkan analisis jabatan yang detail dan memakan waktuPerusahaan manufaktur, perusahaan jasa
Banding PasarKompetitif, mudah dipahamiRentan terhadap fluktuasi pasar, kurang mempertimbangkan faktor internal perusahaanPerusahaan teknologi, perusahaan konsultan
Berdasarkan KinerjaMemotivasi karyawan, menghubungkan upah dengan hasil kerjaMembutuhkan sistem penilaian kinerja yang adil dan transparan, potensi biasPerusahaan penjualan, perusahaan startup

Implementasi dan Evaluasi Skala Upah

Setelah struktur skala upah dirancang, langkah selanjutnya adalah implementasi dan evaluasi yang efektif. Proses ini memastikan bahwa sistem pengupahan yang diterapkan adil, kompetitif, dan sesuai dengan tujuan perusahaan. Implementasi yang tepat diikuti dengan evaluasi berkala akan menjamin keberlangsungan dan efektivitas sistem tersebut dalam jangka panjang.

Langkah-Langkah Implementasi Skala Upah yang Efektif

Implementasi skala upah membutuhkan perencanaan dan komunikasi yang matang. Keberhasilannya bergantung pada pemahaman seluruh pihak terkait, mulai dari manajemen hingga karyawan. Berikut beberapa langkah kunci yang perlu diperhatikan:

  1. Sosialisasi: Komunikasikan skala upah yang baru kepada seluruh karyawan secara transparan dan jelas. Gunakan berbagai media komunikasi, seperti rapat umum, email, intranet, atau bahkan sesi tanya jawab individual.
  2. Pelatihan: Berikan pelatihan kepada bagian HRD dan manajemen terkait cara menerapkan skala upah yang baru, termasuk prosedur penggajian dan pengelolaan data karyawan.
  3. Sistem Informasi: Pastikan sistem informasi penggajian terintegrasi dan mampu memproses data upah secara akurat dan efisien. Sistem ini harus mudah diakses oleh pihak yang berwenang.
  4. Monitoring: Pantau secara berkala implementasi skala upah untuk memastikan berjalan sesuai rencana dan tidak ada kendala yang signifikan.

Contoh Kebijakan Perusahaan Terkait Transparansi Skala Upah

Transparansi dalam skala upah membangun kepercayaan dan mengurangi kesenjangan informasi antara manajemen dan karyawan. Kebijakan transparansi ini dapat mencakup:

  • Publikasi rentang gaji untuk setiap posisi, dengan mempertimbangkan tingkat pengalaman dan keahlian.
  • Penjelasan detail mengenai komponen gaji, termasuk tunjangan dan insentif.
  • Proses yang jelas dan mudah diakses untuk mengajukan pertanyaan atau keluhan terkait upah.
  • Komitmen untuk melakukan peninjauan berkala dan penyesuaian skala upah berdasarkan kinerja perusahaan dan kondisi pasar.

Prosedur Peninjauan dan Revisi Skala Upah Berkala

Skala upah bukanlah hal yang statis. Peninjauan dan revisi berkala sangat penting untuk menjaga daya saing perusahaan dan memastikan keadilan bagi karyawan. Prosedur ini bisa mencakup:

  1. Penjadwalan: Tentukan jadwal peninjauan, misalnya setiap tahun atau setiap enam bulan, tergantung pada kebutuhan dan kondisi perusahaan.
  2. Pengumpulan Data: Kumpulkan data internal seperti kinerja perusahaan, tingkat inflasi, dan tren gaji di pasar kerja. Data eksternal seperti survei gaji juga diperlukan.
  3. Analisis Data: Analisis data untuk mengidentifikasi potensi ketidaksesuaian atau ketidakadilan dalam skala upah yang berlaku.
  4. Rekomendasi: Buat rekomendasi penyesuaian skala upah berdasarkan analisis data.
  5. Implementasi: Implementasikan penyesuaian skala upah setelah mendapat persetujuan dari manajemen puncak.

Indikator Kunci Evaluasi Efektivitas Skala Upah

Evaluasi efektivitas skala upah dilakukan untuk mengukur dampaknya terhadap kinerja perusahaan dan kepuasan karyawan. Beberapa indikator kunci yang dapat digunakan meliputi:

  • Turnover Karyawan: Tingkat perputaran karyawan yang rendah menunjukkan kepuasan karyawan terhadap upah yang diterima.
  • Produktivitas Karyawan: Peningkatan produktivitas dapat mengindikasikan bahwa skala upah memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik.
  • Kepuasan Karyawan: Survei kepuasan karyawan dapat memberikan gambaran tentang persepsi karyawan terhadap keadilan dan kesesuaian skala upah.
  • Biaya Tenaga Kerja: Evaluasi rasio biaya tenaga kerja terhadap pendapatan perusahaan untuk memastikan skala upah tetap berkelanjutan.

Rekomendasi Kesesuaian Skala Upah dengan Hukum dan Peraturan

Pastikan skala upah yang diterapkan selalu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk Undang-Undang Ketenagakerjaan dan peraturan pemerintah terkait upah minimum. Konsultasikan dengan ahli hukum ketenagakerjaan untuk memastikan kepatuhan hukum dan meminimalisir risiko hukum. Perubahan regulasi ketenagakerjaan perlu dipantau secara berkala untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan.

Studi Kasus Implementasi Skala Upah: Cara Menghitung Struktur Skala Upah

Berikut ini disajikan studi kasus implementasi skala upah di perusahaan fiktif “Maju Jaya”, sebuah perusahaan manufaktur dengan 100 karyawan. Studi kasus ini akan menggambarkan tantangan yang mungkin dihadapi, solusi yang dapat diterapkan, dan pelajaran yang dipetik dari proses implementasi tersebut. Penjelasan ini bertujuan untuk memberikan gambaran praktis mengenai penerapan skala upah dalam lingkungan kerja nyata.

Implementasi Skala Upah di Perusahaan Maju Jaya

Perusahaan Maju Jaya memutuskan untuk merevisi skala upah mereka untuk meningkatkan daya saing dan motivasi karyawan. Sistem upah lama dianggap tidak adil dan tidak transparan, menyebabkan penurunan produktivitas dan peningkatan perputaran karyawan. Skala upah baru dirancang berdasarkan analisis jabatan, evaluasi kinerja, dan standar upah di industri yang sama. Sistem ini juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti pengalaman, pendidikan, dan tanggung jawab masing-masing posisi.

Tantangan dalam Implementasi Skala Upah Baru

Proses implementasi skala upah baru di Maju Jaya tidak berjalan tanpa hambatan. Beberapa tantangan muncul, antara lain:

  • Ketidakpuasan Karyawan: Beberapa karyawan merasa upah mereka tidak naik secara signifikan meskipun telah bekerja keras dan lama. Hal ini menyebabkan demotivasi dan protes.
  • Biaya Implementasi: Proses analisis jabatan dan evaluasi kinerja membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup besar, termasuk biaya konsultan.
  • Ketidakpahaman Karyawan: Beberapa karyawan tidak memahami secara penuh sistem penilaian dan perhitungan upah baru, yang menyebabkan kebingungan dan ketidakpercayaan.
  • Penolakan Manajemen: Awalnya, beberapa manajer ragu-ragu untuk menerapkan sistem baru karena khawatir akan meningkatkan biaya operasional perusahaan.

Solusi untuk Mengatasi Permasalahan

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Maju Jaya mengambil beberapa langkah:

  • Komunikasi yang Transparan: Manajemen melakukan serangkaian pertemuan dan sosialisasi untuk menjelaskan secara detail sistem upah baru kepada seluruh karyawan. Penjelasan diberikan secara sederhana dan mudah dipahami.
  • Program Pelatihan: Pelatihan diberikan kepada karyawan dan manajer untuk memahami cara kerja sistem upah baru dan cara melakukan evaluasi kinerja yang objektif.
  • Negosiasi dan Kompromi: Manajemen melakukan negosiasi dengan perwakilan karyawan untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Beberapa penyesuaian dilakukan terhadap skala upah untuk mengakomodasi aspirasi karyawan.
  • Sistem Monitoring dan Evaluasi: Sistem monitoring dan evaluasi diterapkan untuk memantau efektivitas skala upah baru dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

Pelajaran yang Dipetik dari Studi Kasus

NoPelajaranPenjelasan
1Komunikasi yang EfektifKomunikasi yang transparan dan mudah dipahami sangat penting untuk mengurangi resistensi karyawan terhadap perubahan sistem upah.
2Perencanaan yang MatangPerencanaan yang matang dan komprehensif, termasuk analisis jabatan dan evaluasi kinerja yang akurat, sangat krusial untuk keberhasilan implementasi.
3Partisipasi KaryawanMelibatkan karyawan dalam proses implementasi dapat meningkatkan penerimaan dan mengurangi konflik.
4Evaluasi BerkelanjutanEvaluasi berkala terhadap sistem upah sangat penting untuk memastikan sistem tersebut tetap relevan dan efektif.

Dampak Positif Implementasi Skala Upah yang Tepat

Implementasi skala upah yang tepat di Maju Jaya digambarkan sebagai sebuah transformasi positif yang meningkatkan produktivitas karyawan secara signifikan. Karyawan merasa lebih termotivasi dan dihargai karena sistem upah yang lebih adil dan transparan. Hal ini terlihat dari peningkatan produktivitas sebesar 15% dalam enam bulan pertama pasca implementasi. Perputaran karyawan juga menurun drastis, menunjukkan peningkatan kepuasan kerja dan loyalitas karyawan. Secara keseluruhan, perusahaan mengalami peningkatan profitabilitas berkat peningkatan efisiensi dan produktivitas. Lingkungan kerja menjadi lebih harmonis dan produktif, ditandai dengan meningkatnya kolaborasi antar karyawan dan komitmen yang lebih tinggi terhadap tujuan perusahaan. Ini menciptakan budaya kerja yang positif dan berkelanjutan, menjadikan Maju Jaya sebagai tempat kerja yang ideal dan kompetitif.

Kesimpulan

Merancang dan mengimplementasikan struktur skala upah yang efektif membutuhkan perencanaan yang matang dan pemahaman yang mendalam terhadap berbagai faktor internal dan eksternal. Dengan menggabungkan analisis data pasar kerja, penerapan metode perhitungan yang tepat, serta komitmen terhadap transparansi dan keadilan, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif. Penting untuk diingat bahwa struktur skala upah bukanlah sesuatu yang statis, peninjauan dan penyesuaian berkala sangat diperlukan untuk memastikan sistem tetap relevan dan efektif.